Tuesday 31 December 2013

[REVIEW] The Time Keeper

Hanya manusia yang mengukur waktu.
Hanya manusia yang menghitung jam.
Itu sebabnya hanya manusia yang mengalami ketakutan hebat yang tidak dirasakan makhluk-makhluk lain.
Takut kehabisan waktu.
(hal. 17)

Judul: The Time Keeper
Penulis: Mitch Albom
Penerjemah: Tanti Lesmana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2012
Halaman: 312
ISBN: 978-979-22-8977-0
Harga: Rp50.000,-
I rate it 5/5 stars

Dor, sang Penjaga Waktu, hidup sendirian di dalam sebuah gua. Sudah lama ia berada di sana, umurnya mungkin lebih dari umur waktu itu sendiri, karena ialah yang menciptakan waktu. Di sanalah ia hidup, di dalam gua, dengan genangan air di depannya yang memantulkan suara-suara dari Bumi. Suara-suara yang meminta waktu. Suara-suara yang berharap diberikan lebih banyak waktu. Sarah Lemon dan Victor Delamonter adalah dua dari sekian banyak suara yang meminta waktu.

Sarah Lemon, gadis remaja yang hidup di masa sekarang. Sarah adalah anak tunggal yang hidup bersama ibunya (orangtuanya bercerai). Sarah juga bukan gadis yang populer, bahkan ia termasuk dikucilkan oleh teman-temannya. Sekarang ia sedang jatuh cinta, pada cowok populer yang juga perhatian padanya. Sarah mengira cowok itu juga tertarik padanya hingga ia rela melakukan apa pun demi cowok itu. Sayangnya harapan tak sesuai dengan kenyataan. Ia ingin menghentikan waktu yang dimilikinya.

Victor Delamonte, lelaki berusia delapan puluhan yang juga hidup di masa sekarang. Informasi dari dokter menyatakan bahwa hidupnya tak lama lagi. Tumor-tumor itu tidak bisa disembuhkan. Ginjalnya yang rusak hingga ia diharuskan untuk cuci darah tiga kali seminggu. Kenyataan ini membuat ia takut. Ia ingin lebih banyak waktu. Ia menginginkan satu masa kehidupan lagi.

Kemudian Dor diturunkan ke Bumi. Ia harus menyelesaikan apa yang belum diselesaikannya. Ia harus menyelesaikan sesuatu yang telah dimulainya. Ia yang menciptakan waktu, ia pula dulu yang ingin mengendalikan waktu. Maka Dor turun ke Bumi.. ia harus menemukan dua orang itu. Mengajarkan mereka apa yang telah ia pelajari.

Ketika manusia semakin terobsesi dengan jam-jamnya, kesedihan akibat waktu yang telah hilang menciptakan kekosongan permanen di hati manusia. Orang-orang menyesali kesempatan-kesempatan yang terlewat, hari-hari yang terbuang sia-sia; mereka terus-menerus mencemaskan berapa lama mereka akan hidup, sebab mau tak mau dengan menghitung momen-momen kehidupan, mereka jadi menghitung waktu yang tersisa. (hal. 89)

The Time Keeper adalah karya kedua Mitch Albom yang kubaca, yang pertama itu The Five People You Meet in Heaven. Seperti biasa, karya Mitch Albom selalu menginspirasi, tak terkecuali buku yang satu ini. Meskipun awalnya ekspektasiku biasa-biasa saja, tidak berharap lebih, namun pada akhirnya buku ini turned up to be my favorites. Salah satu buku yang aku pastikan akan membuat siapa saja terinspirasi.

Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari buku ini, terutama tentang waktu. Dan ada pertanyaan-pertanyaan yang menempel di ingatanku. Pertanyaan dari buku ini: Tetapi, apakah kau telah menggunakannya dengan bijaksana? Untuk berdiam diri saja? Untuk menikmatinya? Untuk merasa bersyukur? Pertanyaan-pertanyaan ini membuatku berpikir, apa saja yang telah aku lakukan sepanjang 2013, atau di tahun-tahun sebelumnya: seberapa banyak aku bersyukur, seberapa banyak aku menikmati waktu yang telah diberikan, seberapa banyak aku melakukan sesuatu yang bermanfaat, dan seberapa banyak aku melakukan hal-hal buruk. Pertanyaan itu menampar sekaligus menyadarkanku, kalau selama aku hidup, aku belum melakukan sesuatu yang berharga. Dan mungkin 2014 adalah sebuah kesempatan dimana aku bisa mulai belajar menghargai waktu, terlepas dari berapa banyak waktu yang tersisa (kita tak pernah tahu, kan?).

The Time Keeper mengajak kita untuk tidak sembarangan mengambil keputusan. Ada baiknya sebelum kita melakukan sesuatu, kita memperkirakan dampak dari perbuatan kita dari segala sisi. Kita tidak bisa mengulang kembali waktu yang telah kita lewati. Salah jalan, kita tidak punya pilihan selain menghadapi apa yang ada di depan.

The Time Keeper juga mengajak kita untuk menghargai waktu. Terimalah waktu yang telah diberikan pada masing-masing kita dengan lapang dada. Dengan diberi waktu yang terbatas, kita akan tahu bahwa waktu yang kita lewati lebih berharga dari apa pun. Dan dengan diberi waktu yang terbatas, kita akan lebih mensyukuri apa yang kita miliki. Kita akan mencintai apa yang kita jalani.

Terima kasih, Albom, untuk The Time Keeper. Terima kasih untuk bacaan akhir tahunnya. Semoga waktu-waktu yang tersisa untuk kita berhasil kita manfaatkan sebaik-baiknya. Ah, kok aku jadi mendadak ceramah gini, ya? ^^

Kadang-kadang kalau kau tidak mendapatkan cinta yang kau inginkan, dengan memberi kau pikir kau akan mendapatkannya. (hal. 162)
"Kita semua mendambakan apa yang telah hilang dari kita. Tetapi kadang-kadang kita melupakan apa yang kita miliki." (hal. 190)
"Mengertikah kau sekarang? Bila kita diberi waktu tak terbatas, tidak ada lagi yang istimewa. Tanpa kehilangan atau pengorbanan, kita tidak bisa menghargai apa yang kita punya. ... Ada sebabnya Tuhan membatasi hari-hari kita."
"Mengapa?"
"Supaya setiap hari itu berharga."
(hal. 287)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...