Hesti membatalkan pertunangannya gara-gara Fauzan selingkuh. Lalu, aku memaki-maki selingkuhannya dan berpidato panjang lebar soal membenci cewek seperti Cindy yang mau jadi selingkuhan. And here I am, exactly the same just like Cindy. Hesti bakal membunuhku kalau sampai tahu! (hal. 294)
nb: sengaja pakai cover lama soalnya ga nemu foto cover barunya. -,- |
Judul: Perempuan Lain
Penulis: Kristy Nelwan
Penerbit: Grasindo
Tahun: 2007
Cetakan ke: 3 (2013)
Halaman: 362
ISBN: 978-602-251-060-4
I rate it 3/5 stars
Kisah dimulai dengan Maya yang memergoki tunangan sahabatnya, Fauzan, sedang berselingkuh. Maya yang memang sudah sahabatan sama Hesti tentu saja memberi tahu sobatnya itu perihal Fauzan. Jadilah Hesti dan Fauzan batal tunangan dikarenakan pihak ketiga, Cindy.
Sejak itu, Maya habis-habisan ‘berpidato’ mengenai perselingkuhan saking kesalnya ia terhadap Cindy yang tega berselingkuh dengan tunangan sahabatnya. Namun, mampukah Maya mempertahankan pidato perselingkuhan itu jika ia sendiri ternyata sedang terjun dan terjatuh ke kancah perselingkuhan?
Di sinilah posisi Maya. Menjadi selingkuhan orang yang sudah bertunangan. Ia juga berselingkuh dari pacarnya. Bagaimana Maya menyikapi posisinya tersebut? Bagaimana pula reaksi Hesti dan Olga apabila mereka tahu Maya yang tadinya menentang perselingkuhan malah menjadi orang yang ikut ‘meramaikan’ tragedi itu?
“Iya, sih. Jadi menurut lo status nggak penting?”“Enggak. Kalau orang bisa setia, dia nggak butuh status,” tandasku.(hal. 166)
Dari judulnya saja kita sudah bisa menebak apa unsur pertama di buku ini. Yak, benar, perselingkuhan. Yang namanya selingkuh itu bukan lagi hal yang tabu di dunia nyata. Begitu pula dalam buku. Banyak buku yang telah mengambil tema perselingkuhan, tak terkecuali buku ini. Tapi, meski temanya sudah pasaran, aku tetap mengklaim Perempuan Lain sebagai buku ringan dan asyik untuk dijadikan teman baca di siang hari (terserah kapan aja, nggak mesti siang hari kok).
Alasannya adalah tulisan Kristy yang enjoyable sehingga aku sebagai pembaca ikut merasa santai juga saat membacanya. Santainya begini lho, seperti kita dengerin teman ngobrol. Di sini kita menjadi teman curhatnya Maya, si tokoh aku. Gaya penulisan Kristy ini lah yang membuat pikiran-pikiran Maya seolah ‘melepaskan’ diri dari buku dan menjelma menjadi seorang Maya yang akan bercerita panjang lebar.
Namun, saking santainya ini, kadang pikiran Maya bisa menjalar kemana-mana. Sekali atau dua kali aku sempat membalik halaman sebelumnya untuk tahu pikiran random Maya ini dia sampaikan pas dia lagi ngapain sih kok tiba-tiba udah ke sini aja, gitu. Pikiran random Maya ini nggak bisa dibilang useless juga sih. Kadang berperan sebagai flashback, memperkenalkan kita sama tokoh terdahulu yang nantinya bakal muncul di masa present-nya Maya.
Mengenai karakter, well aku memang tidak mempunyai karakter favorit di buku ini, namun aku rasa tiap karakter sudah mendapat porsi yang cukup. Juga tidak sulit membedakan karakter yang satu dengan yang lain karena tiap tokoh mempunyai sifat khas (tokoh di buku ini cukup banyak, menurutku).
This is my first Kristy’s (aku nggak akan keberatan untuk membaca karyanya yang lain, L) dan aku cukup senang karena bisa menyicip karya pertamanya ini. Cukup? Ya. Di satu sisi aku merasa terhibur. Namun di sisi lain aku juga belum puas dan tidak bisa bilang ‘wah’. Makanya aku rasa tiga bintang udah cukup buat Perempuan Lain.
Recommended buat mereka yang merasa punya pacar satu itu nggak cukup (dengan alasan ‘kan hidup butuh seleksi’).. :p Bercanda deng. Buku ini aku rekomendasikan untuk mereka yang akan dan sudah berkomitmen. Untuk pelajaran kalau-kalau nantinya salah satu dari mereka ada yang nggak setia. Nah, di buku ini lumayan banyak tuh akibat-akibatnya. Tinggal baca dan khayatin aja. Tapi jangan praktik selingkuh yak. :D
“Move on itu bukan berarti pergi ke Lombok buat refreshing dan malah pulang dengan kabar lo udah pacaran sama orang lain dalam jangka waktu seminggu!” –Riza (hal. 232)
“Karena nggak semua orang bisa merasakan cinta yang seperti itu. You know, ada pepatah yang bilang ‘Lebih baik pernah menemukan dan harus kehilangan cinta daripada tidak pernah menemukannya sama sekali.’” –Papa Maya (hal. 238)
“Menurutku salah banget kalau kita maksain diri buat bersama seseorang yang sebetulnya nggak kita cinta. Karena sejauh apa pun kita coba pergi, kita akan tetap tahu untuk siapa sebetulnya semua perasaan yang kita punya.” (hal. 279)
waaaa jadi kepengen baca buku nya, kayanya ceritanya seru dan dicerita ini si maya kemakan omongan nya sendiri hahaha. dicerita ini kayak nya juga mengajarkan untuk jangan ngomong sembarangan karna bisa kaya si maya yg kemakan omongan nya sendiri,kalo kaya gitu kan jadi malu wkwk
ReplyDeleteYap! Tokoh Maya juga ngajarin kita untuk nggak terlalu bersikap berlebihan sama sesuatu, soalnya ujung-ujungnya pasti kita yang bakal sial sendiri. :)
DeletePengen baca tapi males beli. Ahahaha.. Yang L lumayan sih walau agak ga masuk akal di beberapa bagian.
ReplyDeleteHehehe mau pinjem, mbak? :))
DeleteWaahhh..
ReplyDeletekalau di Goodreads, Bukunya Ka Kristy yang L yang banyak dapet pujian. Tapi setelah liat review Ka Linda jadi pengen baca yang ini juga deh >,<
Apalagi temanya perselingkuhan sukaaa..
Yup, L lebih banyak dapat pujian. Kapan2 aku juga pengin baca L. *nunggu ada yang ngasih* x)
DeleteErrr.. suka tema perselingkuhan atau kamunya yang suka selingkuh nih? *eh :p
entah ini emang ceritanya yang seru atau karena linda yang bisa banget buat reviewnya jadinya asyik banget baca ini reviewnya, bikin penasaran abis -__-
ReplyDeleteMita, ini gombal ya? *eh ._.
DeletePenasaran gimana akhirnya Maya ya?. Maya yang pidato selingkuh, eh Maya sendiri yang selingkuh. Kadang emang kayak gitu. Orang ngomong jangan korupsi, eh orang itu korupsi sendiri. #eh kok malah melebar. hehe ^_^. Suka reviewnya mbak,.
ReplyDeleteYup, orang emang sering banget kemakan omongannya sendiri. Aku juga pernah kemakan omongan sendiri sih, tapi untungnya nggak kayak kasus Maya. *malah curhat*
DeleteThanks anyway!