Monday, 16 February 2015

[REVIEW] Higher Institute of Villainous Education

"... Di sini, kami ingin melihat kalian berkembang semaksimal mungkin, untuk melihat sifat jahat bawaan kalian berkembang, untuk menjadikan kalian seburuk yang memungkinkan." —Dr. Nero (hal. 19)

Judul: Higher Institute of Villainous Education
Seri: H.I.V.E. #1
Penulis: Mark Walden
Penerjemah: Layna Ariesianti
Penerbit: Mizan Fantasi
Tahun: 2014 (first published 2006)
Halaman: 394
ISBN: 978-979-433-713-4
Harga: Rp59000,-
I rate it 3.5/5 stars

Tahun ajaran baru di H.I.V.E.!
Itu artinya, murid-murid baru akan berdatangan dari berbagai tempat dalam kondisi tak sadarkan diri, iya kuulangi dalam kondisi tak sadarkan diri, untuk memulai pendidikan di H.I.V.E., sekolah untuk penjahat. Yeah, you read it right! Sekolah penjahat.

Mereka semua akan dibawa ke pulau dengan gunung berapi di tengahnya. Well.. sebenernya itu bukan gunung berapi, tapi seolah-olah gunung berapi. Sekolah itu terletak di dalam gunung, jadi dibutuhkan kamuflase juga ketidaksadaran murid-murid baru agar kerahasiaan H.I.V.E. tetap terjaga. Apakah mereka tahu kalau mereka akan bersekolah di tempat itu? Nggak! Mereka nggak pernah diberi tahu oleh orangtua mereka yang telah mensponsori anak-anak mereka sendiri untuk disekolahkan di H.I.V.E.. Lagi-lagi hal ini dilakukan untuk merahasiakan keberadaan H.I.V.E..

Otto Malpense adalah salah satu murid baru di H.I.V.E. tahun ini. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di H.I.V.E., ia sudah mulai memperhatikan sekeliling sambil merencanakan upaya melarikan diri dari tempat itu. Temannya, Wing Fanchu, juga memikirkan hal sama. Penempatan tempat tinggal mereka berdua di kamar yang sama, membuat mereka cukup leluasa untuk menjalankan rencana.

Namun, kabur dari pulau ini tidak semudah yang mereka kira. Di tur mereka dengan lokasi H.I.V.E., mereka sudah diperkenalkan dengan H.I.V.E.mind, perangkat kecerdasan buatan yang menjadi mata H.I.V.E.. Selain itu, reaksi mereka berdua yang berbeda dengan anak-anak lain segera menarik perhatian Dr. Nero, kepala H.I.V.E.. Terutama Otto, karena dia disponsori oleh Number One—orang yang paling ditakuti Dr. Nero—, padahal Otto hanyalah anak panti biasa.

Mengapa pemimpin Perserikatan Global Perusahaan-Perusahaan Kejahatan, Number One, mensponsori Otto? Dan akankah pada akhirnya mereka berhasil mendapatkan lebih banyak sekutu untuk pergi dari pulau?

"Kita harus keluar dari sini, dari pulau ini, sesegera mungkin."
"Masalahnya, bagaimana? Aku tidak melihat tanda pintu keluar apa pun ke permukaan dan aku sudah mencari tanda semacam itu seharian ini."
(hal. 108)

Hal pertama yang kuanggap unik dan berhasil menarik perhatianku adalah titel sekolah penjahat. Ditambah lagi rating di gutrits tinggi (meski rating tinggi bukan segalanya sih ya), jadi aku coba-coba dulu baca buku pertamanya. Kalo suka yang beli lagi, gitu. Trus, kamu suka nggak, Lin? Suka!

Sekolah penjahat ini kira-kira sebelas-dua belas sama akademi mata-mata seperti Gallagher dan Blackthorne (aku tahunya cuman itu, ya sudah yang kusebutin itu ._.), tapi bedanya H.I.V.E. mengajarkan untuk melakukan kejahatan sejak dini, dengan cara yang keren dan baru, bukan melakukan kejahatan dengan cara mainstream. Nama-nama mata pelajarannya juga unik, seperti Studi Kriminal, Pendidikan Taktis, dan Menyamar dan Berkelit. Entah kenapa aku sedikit banyak berharap mata pelajaran tadi diajarkan di sekolahku dulu. :p

Pace di awal bab memang lambat dan menurutku sedikit membosankan: kedatangan mereka ke H.I.V.E. juga wisata keliling mengenal lokasi-lokasi umum di H.I.V.E.. Cerita mulai menarik saat pelajaran hari pertama mereka dimulai. Seru! Apalagi pas pelajaran Pendidikan Taktis oleh Colonel Fransisco. Rasanya pengin ikut berbaris bersama anak-anak H.I.V.E. belajar menggunakan grappler—sarung tangan yang bisa menembakkan tali, kalo pake ini berasa jadi Spiderman. x)

Menurutku Walden cukup berhasil menciptakan H.I.V.E., hanya saja ada teknologi yang menurutku tidak masuk akal... untuk sekarang. Karakter-karakternya juga belum seluruhnya dikembangkan dengan baik, rasanya nggak adil kalau yang dielu-elukan itu melulu si Otto Malpense. Dengan ini sudah jelas kalau Otto nggak berhasil menjadi karakter favoritku. Yang berhasil menjadi favoritku malah si H.I.V.E.mind. Siapa yang peduli kalau dia cuman mesin? :p Untuk terjemahan? Errr... okay lah, meski kurang mulus. :')

Dalam buku pertama ini tidak usah berharap berlebihan karena baru perkenalan. Tapi ending-nya itu cukup menegangkan buatku meski sudah tertebak siapa yang berjasa di sana. It's a nice beginning, actually. Untuk buku selanjutnya, aku berharap Wing Fanchu juga teman-teman yang lain seperti Shelby dan Laura akan lebih ditonjolkan lagi. Aku juga berharap beberapa pertanyaan yang membuatku penasaran di buku ini segera terjawab di buku selanjutnya.

Bagi yang suka buku dengan latar sekolah yang aneh-aneh, silahkan baca buku ini! ^^

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...