Friday 26 October 2012

[REVIEW] Demonglass

Judul: Demonglass
Seri: Hex Hall #2
Penulis: Rachel Hawkins
Penerjemah: Dina Begum
Penerbit: Ufuk Fiction
Tahun: Maret 2012 (first published 2011)
Halaman: 448
ISBN: 978-602-9346-50-3
I rate it 5/5 stars

*alert: probably contains spoiler*
Meskipun udah hati-hati biar nggak ngetik review berupa spoiler, pasti ada dikiiiit info dari buku satu yang terpampang di sini. Tapi aku berusaha keras sambil ngeden biar nggak ada spoiler. Semoga aku berhasil. (?) Oh, ya, sebelum memulai review, I'd like to say something: SELAMAT IDUL ADHA 1433 H, ya, teman-teman. :D
"Seandainya saja kita tidak seperti ini. Kau tahu, demon, pemburu demon. Seandainya saja aku bertemu denganmu di SMA normal, dan mengajakmu berkencan normal, dan misalnya, membawakan bukumu atau apalah. Itu 'kan hal-hal normal yang dilakukan manusia?"
Masih ingat Sophie Mercer? Iya, si penyihir cewek yang kemampuan sihirnya meledak-ledak dan terkadang tidak terkendali itu. Kalau lupa, baca review Hex Hall #1 ya. :)

Baru-baru ini Sophie mengetahui bahwa dirinya bukan penyihir hitam biasa, melainkan demon. Demon adalah prodigium paling berbahaya yang ada di dunia, yang kemungkinan eksisnya dibanding prodigium lain cuman 1:10. Sophie dan ayahnya adalah dua demon yang ada di dunia, menurut Sophie. Itu untuk saat ini.

Tahu karena kemampuan demon berbahaya, Sophie ingin menjalani Pemunahan--sebuah ritual untuk menghilangkan seluruh kekuatan prodigium dan terkadang bisa menyebabkan kematian. Ia tidak mau suatu hari ia membunuh suaminya, atau bahkan ibunya yang hanya seorang manusia biasa. Untuk itu, Sophie pergi ke Inggris bersama ayahnya yang merupakan Ketua Dewan, Jenna, dan Cal. Nah, kenapa Cal ikut? I can't tell you this! :p

Markas Besar Dewan yang satu ini terletak jauh dari kota, Thorne Abbey. Ayahnya sengaja membawa mereka ke sini karena katanya ada hal yang tidak seharusnya terjadi tapi terjadi di Markas Besar Dewan yang sebenarnya. Saat Sophie baru datang ke rumah itulah, ia merasakan kekuatan yang sangat besar datang dari dua remaja yang seumuran dengannya. Saat itu pula Sophie menyadari bahwa bukan hanya ia dan ayahnya yang demon, tapi dua remaja itu juga. Ini menimbulkan kecurigaan. Setahunya keturunan demon itu hanya berasal dari ayahnya. Itu artinya, ada seseorang yang mencoba membangkitkan demon. Dan lagi, di tengah-tengah liburan musim panasnya di sana, ia dikejar-kejar oleh anggota Mata yang ingin membunuhnya. Salah satu dari mereka adalah Archer Cross!!

Benarkah Archer berniat untuk membunuh Sophie? Siapa pula yang mencoba membangkitkan demon di tengah kekacauan ini? A breathtaking story is in this book! :)

Nah, reaksi apa yang kudapatkan saat selesai membaca buku ini? MARAH! Kenapa? Alasannya banyak: 1) Akhir cerita yang gantung banget! Ini ngebuat aku teriak-teriak ke Ufuk biar mereka cepet-cepet nerjemahin buku terakhir dari trilogi Hex Hall, yaitu Spellbound. 2) Penasaran abis! Begitu banyak hal yang patut dipertanyakan. Kenapa mereka jadi begini? Apa yang terjadi sama mereka nanti? Gimana nasib Sophie? Trus, Jenna! Dia kenapa??? 3) Rachel Hawkins berhasil membuat aku kasihan setengah mati sama Sophie, ayahnya, Cal, Archer, dan Jenna!

Okay, lupakan saja curcolan anak-kuliahan-yang-bukan-abege-ababil tadi. Kita lanjut ke pembahasan mendalam mengenai karakter di buku ini. *eaaaa

"Kau mengatakannya seakan-akan semua orang menentang gagasan itu hanya untuk bersikap menyebalkan saja. Tapi Mrs. Casnoff, orangtuamu, aku... bisakah kau menyalahkan salah satu dari kami karena tidak menginginkanmu mati?" -Alexander Callahan (page 115)

Pertama-tama, terima kasih ya, Tante Hawkins sudah mau mengabulkan keinginanku tentang porsi Cal yang lebih banyak di buku kedua. Karena, sekarang aku berpendapat bahwa Cal memang benar-benar keren! Kok ada ya, cowok rendah hati dan sabar kayak dia? *.*
"Aku mengerti. Aku demon, dia Mata. Kalau kami bersama, kurasa betapa akan kikuknya liburan keluarga nantinya. Sihir dan belati beterbangan kemana-mana, menjatuhkan pohon Natal..." -Sophie Mercer (page 207)

Kedua, selamat buat Sophie Mercer yang perkembangannya semakin baik. Dari penyihir yang berantakan menjadi penyihir--atau harus kusebut demon?--yang lebih baik. Aku masih suka cara berpikir Sophie. Humornya ngena banget. Penggambaran emosi Sophie juga jelas dan aku bisa langsung tahu kapan si Sophie ini merasa benar-benar kalut dan marah. Seolah-olah aku ada di dekat Sophie. *iya, gua tahu ini lebay badaaaai* Satu lagi sifat Sophie yang aku suka, dia tidak egois. :)

Ketiga, wah, selamat ya, Jenna, akhirnya di pertengahan cerita kau mendapatkan apa yang kau mau. Tapi aku merasa kasihan juga sama Jenna. Apalagi saat bab-bab terakhir. Serius deh, apa sih yang terjadi sama Jenna? Duh.. Tante Hawkins! Tolong berhenti membuat aku berpikir yang bukan-bukan. (?)
"Kalau mantra pada sarung tangan ini membuat aku berdekatan dengan gadis cantik seperti ini, aku benar-benar akan mencurinya." -Archer Cross (page 228)
-____-"

Keempat, aku senang akhirnya Archer Cross kembali, meskipun masih banyak dugaan-dugaan buruk yang tertempel di dahi Archer Cross. Bad boy seperti dia memang agak sulit dipercaya. Awal pertama, dia ngeselin banget--pas di buku pertama. Tapi lama-lama.. duh, nih orang tambah keren aja. Nggak heran pas dia tiba-tiba muncul di buku kedua ini, aku benar-benar deg-deg-an sambil senyum-senyum sendiri. :p
"..Kau bisa memikirkan kenangan dari masa sebelum kau mendapatkan kekuatan. Atau, memusatkan perhatian kepada satu waktu ketika kau merasakan emosi manusia yang paling kuat: cemburu, ketakutan, cinta..."
"Apa yang Dad pikirkan?"
"Ibumu." (page 201)

Terakhir, ayahnya Sophie benar-benar penuh tanggung jawab dan setia. Meskipun sudah berpisah dengan ibunya Sophie sejak lama, ia masih mencintai ibunya Sophie. Sayangnya mereka nggak ada niat untuk berbaikan. Yah, sudahlah, aku kasihan pada mereka. Dan sangan simpatik atas apa yang terjadi pada ayah Sophie di akhir cerita. :(

Untuk alur ceritanya, well, cepat, yah. Nggak bertele-tele. And since this is Rachel Hawkins' novel, gaya penulisannya memang enak dan nggak ngebosenin. Tapi sayang, terjemahannya kurang rapi. Ada banyak typo bertebaran, sampai ngos-ngos-an juga nandainnya. Trus ada kalimat yang bikin bingung. Aduh, kadang aku kesel sendiri, ini editornya gimana, sih? -,- Daripada review ini kepanjangan, mending typo dan terjemahan yang agak aneh nggak usah kupamerin, ya. *sebenarnya lagi males ngetik*

Overall, ceritanya asyik dan lebih seru dari buku pertama. Aku berharap buku terakhir akan jadi yang paling seru. Awas saja kalau derajat ketegangannya lebih rendah dari buku kedua! (?) Aku juga berharap ada pertarungan seru antara Mata dan Prodigium nantinya. *kok jadi pecinta perang gini?*

Sebagai penutup, aku kasih oleh-oleh dari sekawanan demon dan penyihir!
Waktu sudah menjadi kemewahan yang tak mampu kita miliki. -James (245) 
Menyebalkan sekali kalau kita merindukan seseorang seperti itu. Kau pikir kau sudah menerima bahwa seseorang sudah keluar dari kehidupanmu, bahwa kau sudah berduka cita dan semua itu sudah berakhir, dan kemudian jeder! Satu hal kecil dan kau merasa seakan-akan kehilangan orang itu sekali lagi. -Sophie Mercer (page 261) 
Dan kau harus jadi orang yang benar-benar tolol kalau sampai mau mati gara-gara naksir orang! -Sophie Mercer (page 283) 
Semua sihir di dunia tak bisa menyederhanakan urusan hati. -James (page 312) 

6 comments:

  1. Kapan ya Spellbound terbit? Ending-nya gantung banget! Caaaaal! ><

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengennya sih, besok huahaha. *depresi gegara ending gantung* -____-"
      *colek Cal*
      Eh, Cal, dipanggil tuh!
      :p

      Delete
  2. AAAAA udh pgn bgt baca hex hall 2 eeeeeh diblog kkak bru ngereview buku itu err skrg namanya mah kepo kuadrat+_+ btw, slm kenal=)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo dibaca sekarang! Ga rugi, lho. Hehehe. Tapi, siap-siap aja sama ending-nya yang super duper gantung! :D
      Salam kenal juga. :))

      Delete
  3. Hy...kk mau tanya donk, spell bound udah trbit blum y yg trjemahannya ??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayangnya, belum. :(
      Berdoa bareng yuk supaya cepet terbit. Amiin.
      ;)

      Delete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...