Penulis: Ally Carter
Penerjemah: Alexandra Karina
Desain Sampul: Marcel A.W.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2009 (first published 2006)
Halaman: 320
ISBN: 978-979-22-4870-8
I rate it 4/5 stars
Apa yang terlintas di pikiran kalian jika mendengar kata mata-mata? Kalau aku, pasti langsung teringat Spy Kids. Sejak SD sudah dikenalin sama Carmen dan Juni, sih. Nah, sejak nonton Spy Kids itulah jadi tergila-gila sama mata-mata. Dan sekarang berharap sedikit banyak keputusan milih jurusan begini ada hubungannya dengan mata-mata huahaha (mulai ngayal).
And yeah.. the main idea of this book cukup membuatku tertarik (karena menyangkut mata-mata). Tapi, jangan harap buku ini bakalan sama seperti Spy Kids or another stories like that. This book is different dan sejujurnya membuatku mengkhayal terlalu tinggi. :p
Perhatikan segala hal. -Joe Solomon (page 30)
Akademi Gallagher terlihat seperti sekolah normal bagi para cewek--itu menurut pandangan penduduk Roseville. Akan tetapi, jika kau iseng ingin bersekolah di sana, bukan sekolah biasa yang akan kau temukan. Melainkan sekolah mata-mata! Kau akan diajarkan berbagai hal yang jauuuuuh berbeda dari sekolah biasa. Dijamin, kau nantinya akan menguasai berbagai bahasa (lebih dari 10 bahasa!), jago beladiri, dan kalau kau cukup genius atau kreatif, kau akan jadi mata-mata super!
Di sini kita berkenalan dengan Cameron Morgan (panggil saja Cammie). Seorang cewek genius yang menguasai 14 bahasa berbeda, jago mengurai kode rahasia, dan merupakan 'harta' berharga CIA. Tak lupa juga teman terbaik Cammie, yaitu Liz dan Bex--yang sama kerennya kayak Cammie! Lama bersekolah di sekolah mata-mata, membuat mereka jauh dari kehidupan nyata. Banyak hal di luar dinding Akademi Gallagher yang belum mereka ketahui. Termasuk masalah cowok.
Suatu hari, saat mereka sedang menjalankan misi Operasi Rahasia pertama bagi mereka yang sudah berada di tingkat 10, Cammie tak sengaja bertemu dengan Josh di karnaval kota Roseville. Cammie benar-benar speechless saat itu. Tapi tentu saja, speechless-nya nggak separah aku (?). Pertemuannya dengan Josh dianggap berbahaya oleh temen-temannya. Melakukan kontak dengan orang asing terkadang memiliki resiko yang besar. Bisa saja Josh itu tersangka penyelundupan benda terlarang atau semacam teroris. Who knows?
Maka dari itu, teman-teman Cammie tidak bisa tinggal diam. Mereka bertiga, termasuk Cammie, memutuskan untuk memata-matai Josh. Memastikan bahwa Josh tidak berbahaya. Secara sembunyi-sembunyi, mereka bertiga melakukan Operasi Rahasia (yang sesungguhnya). Penuh resiko, tentu saja. Tapi mereka bertiga tidak kenal rasa takut, apalagi Cammie yang benar-benar mulai jatuh cinta pada Josh..
Hal pertama yang menarik dari buku ini adalah judulnya: aku mau saja bilang cinta, tapi setelah itu aku harus membunuhmu. Kedua, tentu saja cover-nya. Aku suka sekali. Nggak terlalu rame, simple aja. Cukup. Dan yang ketiga, aku paling suka saat mereka sedang menjalankan misi. Seru! Dan harus kuakui, tingkah mata-mata remaja ini pada lucu. Beberapa bagian di buku ini sukses membuatku cekikikan dan kemudian berkata 'wow' (nggak sambil koprol, lho) saat mereka sedang melakukan aksi keren.
Menurutku, Ally Carter berhasil meramu buku ini. Memang sih, saat di bab awal, aku merasa bosan dan mengantuk. Tapi saat memasuki Bab 6, aku mulai semangat dan kepingin tahu lebih-lebih-lebih lagi bagaimana kelanjutannya. Penggambaran setting yang oke, penjelasan yang tidak terlalu rumit namun cukup membuatku bisa membayangkan setting yang dimaksud penulis. Yang membuatku kagum, Ally Carter membuatku merasa benar-benar ada di dunia mata-mata selagi membaca buku ini. Penelitian yang bagus, Mrs. Carter! Nilai plus buat buku ini karena telah menggambarkan dunia mata-mata dengan cukup baik.
Karakter Cammie yang percaya diri dan berani mengambil resiko patut dicontoh. Tapi jangan selalu dicontoh, ya. Lihat sikon dulu. Jangan langsung terjun bebas tanpa alat bantu (?). Sedangkan Liz, yang digambarkan sebagai cewek rajin (sampai bentuk setir mobil pun HAMPIR dicatat) menurutku adalah yang paling dewasa. Dan aku paling suka kalau Liz lagi sibuk ngutak-atik anything yang berbau menembus-firewall-bla-bla. Kalau Bex? Dia opposite-nya Liz. Cewek cuek dan keras kepala. Tapi sumpah! Bex lebih keren daripada Liz. Oh ya, temennya si Cammie ini ada satu lagi, sih. Namanya Macey. Awalnya, si Macey ini bikin kesel, tapi nantinya dia lah yang menolong Cammie menyelesaikan hal tabu tadi (baca: masalah cowok). Josh Abrams? He's cute! Entah ya, dengan mudah Josh Abrams telah merebut hatikuuuu. be careful spoiler Lucunya pas pertemuan pertama Josh sama Cammie. Si Josh dengan polos ngejelasin tentang tempat sampah bla bla bla yang buat aku ngoceh kasihan-Cammie-disangka-pemulung gitu.
Masih banyak adegan lucu yang juga seru di buku ini. Kalau kalian tergila-gila sama mata-mata, coba deh baca buku ini. :) Cuman, jangan kaget ya, kalau ada lumayan kesalahan tipografi di buku ini. Nggak terlalu mengganggu kok, cuman kekurangan karakter kata saja. Selain itu, buku ini baik-baik saja.
Suatu hari, saat mereka sedang menjalankan misi Operasi Rahasia pertama bagi mereka yang sudah berada di tingkat 10, Cammie tak sengaja bertemu dengan Josh di karnaval kota Roseville. Cammie benar-benar speechless saat itu. Tapi tentu saja, speechless-nya nggak separah aku (?). Pertemuannya dengan Josh dianggap berbahaya oleh temen-temannya. Melakukan kontak dengan orang asing terkadang memiliki resiko yang besar. Bisa saja Josh itu tersangka penyelundupan benda terlarang atau semacam teroris. Who knows?
Maka dari itu, teman-teman Cammie tidak bisa tinggal diam. Mereka bertiga, termasuk Cammie, memutuskan untuk memata-matai Josh. Memastikan bahwa Josh tidak berbahaya. Secara sembunyi-sembunyi, mereka bertiga melakukan Operasi Rahasia (yang sesungguhnya). Penuh resiko, tentu saja. Tapi mereka bertiga tidak kenal rasa takut, apalagi Cammie yang benar-benar mulai jatuh cinta pada Josh..
Hal pertama yang menarik dari buku ini adalah judulnya: aku mau saja bilang cinta, tapi setelah itu aku harus membunuhmu. Kedua, tentu saja cover-nya. Aku suka sekali. Nggak terlalu rame, simple aja. Cukup. Dan yang ketiga, aku paling suka saat mereka sedang menjalankan misi. Seru! Dan harus kuakui, tingkah mata-mata remaja ini pada lucu. Beberapa bagian di buku ini sukses membuatku cekikikan dan kemudian berkata 'wow' (nggak sambil koprol, lho) saat mereka sedang melakukan aksi keren.
Menurutku, Ally Carter berhasil meramu buku ini. Memang sih, saat di bab awal, aku merasa bosan dan mengantuk. Tapi saat memasuki Bab 6, aku mulai semangat dan kepingin tahu lebih-lebih-lebih lagi bagaimana kelanjutannya. Penggambaran setting yang oke, penjelasan yang tidak terlalu rumit namun cukup membuatku bisa membayangkan setting yang dimaksud penulis. Yang membuatku kagum, Ally Carter membuatku merasa benar-benar ada di dunia mata-mata selagi membaca buku ini. Penelitian yang bagus, Mrs. Carter! Nilai plus buat buku ini karena telah menggambarkan dunia mata-mata dengan cukup baik.
Karakter Cammie yang percaya diri dan berani mengambil resiko patut dicontoh. Tapi jangan selalu dicontoh, ya. Lihat sikon dulu. Jangan langsung terjun bebas tanpa alat bantu (?). Sedangkan Liz, yang digambarkan sebagai cewek rajin (sampai bentuk setir mobil pun HAMPIR dicatat) menurutku adalah yang paling dewasa. Dan aku paling suka kalau Liz lagi sibuk ngutak-atik anything yang berbau menembus-firewall-bla-bla. Kalau Bex? Dia opposite-nya Liz. Cewek cuek dan keras kepala. Tapi sumpah! Bex lebih keren daripada Liz. Oh ya, temennya si Cammie ini ada satu lagi, sih. Namanya Macey. Awalnya, si Macey ini bikin kesel, tapi nantinya dia lah yang menolong Cammie menyelesaikan hal tabu tadi (baca: masalah cowok). Josh Abrams? He's cute! Entah ya, dengan mudah Josh Abrams telah merebut hatikuuuu. be careful spoiler Lucunya pas pertemuan pertama Josh sama Cammie. Si Josh dengan polos ngejelasin tentang tempat sampah bla bla bla yang buat aku ngoceh kasihan-Cammie-disangka-pemulung gitu.
Masih banyak adegan lucu yang juga seru di buku ini. Kalau kalian tergila-gila sama mata-mata, coba deh baca buku ini. :) Cuman, jangan kaget ya, kalau ada lumayan kesalahan tipografi di buku ini. Nggak terlalu mengganggu kok, cuman kekurangan karakter kata saja. Selain itu, buku ini baik-baik saja.
Oh ya, berikut quotes favorit-ku yang aku kutip dari buku ini:
...mungkin karena di tempat di mana semua orang mengetahui cerita hidupku, rasanya menyenangkan ketika tahu ada satu bab yang hanya dibaca olehku sendiri. (page 105)
Jangan ragu-ragu, tapi bersabarlah. Bersikap logislah--percaya nalurimu. Ikuti protokol--berimprovisasilah. Jangan pernah biarkan dirimu lengah--selalu bersikap tenang. (page 117)
Aku mau ngucapin terima kasih yang banyaaak buat Novi yang bersedia minjemin seri ini.
Visit her on her blog here. Can't wait to read the next series! :)
*semoga Novi mau minjemin buku 2-nya hahaha*
#BiarinAjaGaModalyangPentingKece (?)
Ahiyyy sama-samaa ;)
ReplyDelete;)) pinjem buku dua ya hehehe.
DeleteAku udah baca novel ini lumayan lama. Agak kesulitan ngebayangin adegan terakhir2nya. Kalo difilmin lebih seru kali ya? Berasa tegangnya. Hehe
ReplyDeleteSama! Aku juga bingung. Alhasil aku nanya sama temen yang udah minjemin aku buku ini, dengan alasan dia lebih tahu. :p
DeleteWaktu itu sempat mau di-filmkan, tapi nggak jadi. Sayang banget, deh.. -___-