Judul: The Alchemist
Penulis: Paulo Coelho
Penerjemah: Tanti Lesmana
Desain sampul: Eduard Iwan Mangopang
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2005 (first published 1988)
Edisi: Bahasa Indonesia
Halaman: 216
ISBN: 978-979-22-8520-8
I rate it 4/5 stars.
Sebelum membuka halaman pertama, aku dengan sangat yakin akan cepat menyelesaikan buku ini karena jumlah halamannya tidak terlalu banyak. Tapi, setelah aku membuka lembar demi lembar, dugaanku di awal sangat salah. Aku tidak bisa membaca buku ini hanya dalam waktu 2-3 hari, melainkan hampir satu minggu. Bukan! Bukan karena kisahnya tidak menarik. Melainkan setiap kata-kata di buku ini bermakna. Tidak bisa dibaca sekali lewat. Harus dibaca pelan-pelan dan penuh konsentrasi. Tentu saja perlahan-lahan agar bisa meresapi dan menikmati buku ini. Kisah yang sederhana namun mempesona. :)
Kalau emas yang kautemukan itu terbuat dari unsur murni, maka dia tidak akan rusak. Dan kau bisa selalu kembali. Tapi kalau emas yang kautemukan itu hanya sepuhan belaka, seperti kilasan bintang jatuh, kau tidak akan menemukan apa-apa saat kau pulang nanti. -sang Alkemis (page 159)
Santiago--anak muda pengembala domba yang sangat suka berkelana--selalu mendapatkan mimpi yang sama. Dua kali! Mimpi yang menyuruhnya untuk pergi ke Piramida-piramida Mesir, dimana di mimpi itu dikatakan ia akan menemukan harta karun di sana. Santiago awalnya tidak memedulikan mimpi itu. Sampai saat ia dalam perjalanan ke toko pedagang kain, ia singgah di Tarifa dan menanyakan arti mimpinya pada seorang peramal di sana. Kata peramal itu, Santiago harus pergi ke Piramida-piramida Mesir untuk mencari harta karunnya.
Santiago yang suka berkelana percaya pada mimpi itu, apalagi setelah ia bertemu pria tua bijaksana yang mengaku sebagai Raja. Raja itu meyakinkan Santiago, dan Santiago pun diberi bekal dua batu, Urim dan Tumim oleh pria tua yang mengaku sebagai Raja itu. Dari sanalah Santiago diuji melalui perjalanan-perjalanan beratnya. Tujuan mencari harta duniawi yang nantinya akan berakhir dengan mencari harta dalam diri.
"Kalau begitu, buat apa aku mendengarkan suara hatiku?"
"Sebab kau tidak akan pernah bisa menyuruhnya diam. Kalaupun kau pura-pura menulikan telinga terhadapnya, dia akan selalu bersuara di dalam dirimu, mengulangi pikiranmu tentang kehidupan dan dunia ini."
(page 166)
Kisah yang begitu sederhana ini berhasil membawaku merasa benar-benar berpetualang di padang pasir yang luas. Tenang, namun mematikan. Di hampir setiap halaman paling tidak ada satu kalimat indah yang menarik perhatianku. Terkadang, kalimat itu sampai kubaca berulang kali. Paulo Coelho memang cerdas dalam menyuguhkan nilai dalam karya tulis. :)
Aku setuju dengan karakter Santiago. Seorang anak lelaki yang 'mengenal' dirinya sehingga dia tahu tujuan hidupnya. Meskipun demikian, terkadang ia galau juga menentukan pilihan. Secara ya, Santiago masih manusia. Nggak selalu sifatnya sempurna. Yang aku suka dari sosok Santiago adalah.. dia selalu mau mendengarkan pendapat orang lain. Nggak egois. *dalam hati bertanya-tanya adakah seorang pria di dunia nyata yang mirip Santiago*
Okay, cukup sudah pengenalan tentang sosok Santiago. Kalau mau tahu lebih, baca saja sendiri. Susah mau jelasinnya gimana. (Halah, alibi, bilang aja males!)
Paulo Coelho meramu buku ini dengan baik. Kalau dalam memasak, istilahnya takaran garam sudah pas. Tapi, entah kenapa ada beberapa halaman yang membuatku mengantuk. Kemungkinan pertama otakku lagi nggak fit dan mata tinggal 2 watt. Sedangkan kemungkinan kedua adalah efek padang pasir. Berasa bosan dan malas. Di padang pasir kan nggak bisa ngapa-ngapain. Nggak bisa internetan juga mungkin. (?) Namun, menjelang setengah halaman terakhir, aku deg-deg-an juga. Ngeri membayangkan padang pasir yang sepi dan sekilas tenang namun berbahaya. Apalagi saat itu sedang ada perang. Coba deh bayangin, kalian lagi jalan di padang pasir sambil main game tablet trus ada pasukan perang dateng langsung nembak! Hiyy.. (nembaknya pake senjata, lho, bukan 'nembak' yang membebaskan kalian dari status jomblo. *eh)
Untuk terjemahannya, tidak ada masalah, menurutku. Typo-nya pun tidak kutemukan sedikit pun. Dan semoga saja memang tidak ada typo. Buku ini recommended untuk siapa saja. Banyak pesan moral yang bisa diambil dari buku ini. Berikut aku paparkan sebagian quotes yang aku suka. Sebenarnya bukan ini saja, masih banyak lagi. Kalau aku paparkan semuanya, sama saja dengan aku memberi fasilitas e-book dong, ya. Hahaha the quotes are almost in every page of this book. Lets check the chosen quotes! :)
Dalam hidup ini, justru hal-hal sederhanalah yang paling luar biasa; hanya orang-orang bijak yang dapat memahaminya. -perempuan Gipsi (page 22)
Kita takut kehilangan apa yang kita miliki, entah itu hidup kita, harta benda kita, ataupun tanah kita. Tapi rasa takut ini menguap begitu kita memahami bahwa kisah-kisah hidup kita dan sejarah dunia ini ditulis oleh tangan yang sama. -pemandu unta (page 99)
Sebab aku tidak hidup di masa lalu ataupun di masa depan. Aku hanya tertarik pada saat ini. Berbahagialah orang yang bisa berkonsentrasi hanya untuk saat ini. -pemandu unta(page 109)
Bukit-bukit pasir ini senantiasa berubah diembus angin, akan tetapi padang gurun itu tak pernah berubah. Begitu pula cinta kita. -Fatima (page 126)
Ingat, di mana pun hatimu berada, di situlah hartamu berada. -sang Alkemis(page 149)
Kau harus mengerti, cinta tak pernah menghalangi orang mengejar takdirnya. Kalau dia melepaskan impiannya, itu karena cintanya bukan cinta sejati... bukan cinta yang berbicara Bahasa Dunia. -sang Alkemis (page 155)
Setiap pencarian dimulai dengan keberuntungan bagi si pemula. Dan setiap pencarian diakhiri dengan ujian berat bagi si pemenang. (page 170)
Dan siapa pun yang campur tangan dalam takdir orang lain, tidak akan pernah menemukan takdirnya sendiri. -sang Alkemis (page 176)
hai .. i like your stuff :)
ReplyDeletesalam kenal :)
Thanks. Salam kenal juga. :))
Deletega nyangka aja ada anak muda bisa ngereview buku banyak banget kayak gini. actually saya bukan "buku mania" tapi ngeliat blog ini wow outstanding !! pernah baca buku2nya malcom galdwel ?
ReplyDeleteAh, ini belum seberapa. Masih banyak blogger lain yang nge-review buku lebih banyak. :)
DeleteThanks. Hehe belum sih, tapi kapan2 mungkin aku akan coba baca. :)
ciee biasa orang jago merendah untuk melambung :p
Deletekeren keren *tepuk tangan
Aku nggak merendah, kan memang banyak blogger lain yang lebih 'kutu buku'. :D
Delete"memang" mmm ... baku. makanannya buku sih ya :p
ReplyDeletembak blogger orang mana ?
nulis buku lah ..
Jiah.. -____-"
ReplyDeleteDari Palembang. Maksudnya apa ini nulis buku?
yaa itukan udah menarik ulasan2nya.. coba lah nulis buku.. cerita fiktif kek tp jangan yg mainsteream (tema cinta2an), yg out of the box gitu *usul gampang, ngelakuin susah ya :p
DeleteYahh ngomong doang mah gampang. -___-
Deletenamanya juga saran "-.-
Deletehehehe. :p
Deletekeren banget reviewnya A____A saya udah maju-mundur-maju-mundur pengin beli tapi gak jadi-jadi akhirnya serasa mendapat pencerahan untuk beneran beli buku ini karena reviewnya Linda-san xDD quotes2nya touchy sekalii xDD terima kasih ya :Db
ReplyDeleteAyo coba baca karya Coelho! Tapi kalau kamu nyari karya yg ringan2, ga usah dulu deh ya baca buku ini. :))
Delete