Judul: Don't Judge A Girl by Her Cover
Seri: Gallagher Girls #3
Penulis: Ally Carter
Penerjemah: Alexandra Karina
Desain Sampul: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2010 (first published 2009)
Halaman: 288
ISBN: 978-979-22-5850-9
Seri: Gallagher Girls #3
Penulis: Ally Carter
Penerjemah: Alexandra Karina
Desain Sampul: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2010 (first published 2009)
Halaman: 288
ISBN: 978-979-22-5850-9
I rate it 5/5 stars
*probably contains spoiler! But I've tried hard not to mention any spoiler, and I think this review aman-aman aja dibaca sama yang belum baca buku sebelumnya*
Inilah masalah terbesar operasi rahasia: hal-hal terburuk selalu terjadi pada waktu yang paling tidak kauharapkan. Penjahatnya tidak akan memberitahumu lebih dulu soal kapan kau akan diserang. Mereka tidak memberimu waktu 30 menit setelah makan. Dan mereka tidak pernah, sekali pun, memberimu waktu untuk memakai sepatu yang nyaman.
Jadi, dilatih untuk hidup semacam itu berarti satu hal: nggak ada waktu libur untuk sekolah mata-mata.
Bulan Agustus. Waktu liburan bagi Gallagher Girls belum berakhir. Seluruh Gallagher Girls menyebar ke penjuru dunia, kembali ke rumahnya masing-masing. Termasuk Cameron Morgan. Ia memang sedang di luar wilayah Akademi Gallagher, tapi ini jelas bukan rumahnya.
Boston. Acara konvensi pasangan Winters-McHenry yang mencalonkan diri sebagai presiden dan wakil presiden, di sanalah Cammie berada. Ini bukan tugas Operasi Rahasia dari Joe Solomon, tentu saja. Ia di sini karena teman sekamarnya, Macey McHenry, yang ahli dalam masalah cowok--jika dibandingkan denggan Cammie, Liz, dan Bex--terlibat dalam konvensi ini. Dengan alasan sepele jika Macey digosipkan akan mengadakan pernikahan delapan tahun yang akan datang di Gedung Putih dengan Preston Winters, perolehan suara pasangan Winters-McHenry akan naik kira-kira dua persen di Ohio. Tentu saja alasan ini diungkapkan oleh ibunya Macey--karena Macey sendiri menganggap ini konyol dan Preston itu culun.
Berdasarkan agenda, Macey dan Cammie menuju lantai teratas gedung konvensi politik nasional. Sayangnya, Preston bersikeras mengikuti. Macey dan Cammie bisa saja mengusir Preston dengan cara mereka, tapi mereka nantinya malah membuat masalah dengan membongkar status asli mereka. Jadi, mereka mengizinkan Preston ikut--pasrah.
Lantai teratas mungkin bukan masalah jika lantai itu masih berada di dalam ruangan--ini atap gedung. Tapi mereka salah besar. Mereka berada dalam masalah besar. Apalagi saat helikopter mendekati mereka dan sekumpulan figur gelap mencoba menangkap Macey McHenry, putri sang kandidat..
Kejadian yang menimpa Macey McHenry di atap gedung konvensi itu mengubah Macey. Sekarang dia mungkin kelihatan baik-baik saja dari luar, tapi di dalam, ia sungguh tertekan! Maka dari itu Dinas Rahasia mengirim agen terpercaya untuk menjaga Macey dimana pun Macey berada. Meskipun itu artinya di dalam lingkup Akademi Gallagher untuk Wanita Berbakat. Kuperkenalkan kalian dengan Agen Abigail Cameron.
Perubahan kecil. Perbedaan besar. -Joe Solomon (page 151)
Inilah yang aku inginkan dari tulisan Ally Carter. Sejak awal bab sudah dikejutkan dengan masalah yang menjadi akar keseluruhan bab. Kalau di buku sebelumnya aku merasa ngantuk dengan bab awal, maka sekarang tidak lagi. Karena bab awal di buku ketiga ini langsung bikin mata melek!
Buku ketiga ini cukup menyenangkan karena Ally Carter memusatkan cerita pada Macey McHenry. Di buku pertama dan kedua kan melulu cerita cintanya Cameron Morgan, nah, di buku ketiga ini syukurlah topiknya lebih fresh dan.. menegangkan. Settingnya juga beragam, bukan hanya di Akademi Gallagher dan Roseville seperti buku sebelumnya. Tapi juga di Boston, Philadelphia, dll. Masalahnya juga lebih rumit. Penasaran banget sama misteri siapa-siapa saja orang yang berusaha menculik Macey saat di atap, tapi tidak menjadikan Preston sebagai target sama sekali--padahal Preston lah putra calon presidennya. Penyamaran Zach yang tiba-tiba dan selalu ada saat Cammie sedang diam-diam menjaga Macey di setiap kampanye. Dan misteri Blackthorne yang belum juga terpecahkan--bahkan di buku tiga ini. Aih, padahal aku masih penasaran Institut Blackthorne itu seperti apa.
Keseluruhan babnya disusun dengan cantik, dan sepertinya typo mulai berkurang--syukurlah. Ally Carter menyampaikan setiap bab dengan hati-hati. Tokoh-tokohnya juga mulai berkembang. Kemampuan mata-mata mereka yang semakin meningkat dari hari kehari terlihat jelas di sini. Aku juga masih kagum dengan setiap tokoh yang ia ciptakan. Lebih tepatnya iri, bukan kagum. Oh ya, Cammie Morgan bahkan tidak perlu melihat jam untuk mengetahui jam berapa sekarang. Karena ia sudah menghitung detik demi detik oleh dirinya sendiri. Jangan paksa aku untuk menjelaskan kemampuan Bex, Liz, dan Macey karena itu akan membuatku lebih iri lagi. -,-
By the way, ada yang merindukan Josh atau Zach? Hahaha Josh muncul sekali di sini. Yah.. dia cowok normal yang memang tidak memiliki peran terlalu penting di sini, sih--kasar sekali bahasanya. Meskipun Josh tambah keren--menurut Macey. Kalau Zach, tentu saja dia masih pecicilan di buku ini dan selanjutnya--sepertinya begitu. Karena keadaan Institut Blackthorne juga masih dipertanyakan. Aku penasaraaaan!
And yeah, agen favoritku di sini adalah Joe Solomon. Dia makin keren saja dari seri pertama sampai ketiga ini. *pingsan karena disenyumin Joe Solomon* Oh, ya, satu lagi. Agen Abigail Cameron juga keren banget! She's my fave right now! Peringatan pertama jika kau berada satu ruangan dengan Agen Abby, jangan coba-coba berbisik pada temanmu. Karena dia bisa mendengar setiap kata yang kau ucapkan dengan jelas. *.*
Last but not least, akan kusuguhkan beberapa hadiah mata-mata:
..ada dua jenis rahasia: jenis yang ingin kau simpan, dan jenis yang nggak berani kau ungkapkan. -Cammie (page 88)
Aku seseorang yang nggak punya apa pun sehingga nggak bisa kehilangan apa pun. -Zach (page 183)
Ada enam alasan seseorang melakukan sesuatu: Cinta. Keyakinan. Keserakahan. Kebosanan. Rasa takut... Balas dendam. -Joe (page 204)
Kadang seseorang lari... untuk melihat apakah kau mengejar mereka. -Joe (page 236)
p.s.: hanya ingin mengucapkan terima kasih untuk Novi yang udah minjemin buku ketiganya. :)
*ga modal*
No comments:
Post a Comment