Mau bilang apa lagi? Novel ini menakjubkan. Penuh inspirasi. Menghangatkan hati. Kau bisa buktikan sendiri.
Kata orang bijak, kita tidak pernah merasa lapar untuk dua hal. Satu, karena jatuh cinta. Dua, karena kesedihan mendalam. (page 66)
Menangis dalam tidur. Kalau kalian tahu apa maksudnya itu sungguh lebih menyakitkan. Kalian tidur, tapi menangis dalam mimpi. Kalian tidur, tapi hati tetap terisak sendu. (page 75)
Selamat pagi.
Bagiku waktu selalu pagi. Di antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan nafas tertahan.
- Sunset Bersama Rosie
Tegar dan Rosie sudah berteman sejak kecil. Tegar memendam perasaan cintanya selama 20 tahun. Kini, Tegar berniat untuk menyatakan cintanya kepada Rosie, di Gunung Rinjani.
Ditemani seorang teman, Nathan, yang juga berteman baik dengan Tegar sama lamanya dengan hubungan pertemanan Tegar dan Rosie, mereka bertiga pergi ke Gunung Rinjani, melaksanakan kebiasaan memanjat gunung beberapa bulan sekali.
Menjelang sunset di puncak Gunung Rinjani, Tegar mampir sebentar di sumber mata air, mengisi botol-botol perbekalan. Menyuruh Nathan dan Rosie bergegas lebih cepat. Rosie suka sekali melihat sunset. Tidak sedetik pun ia ingin kehilangan momen tersebut. Apalagi dari atas sini. Dari puncak Gunung Rinjani. Maka Tegar mengalah yang mengambil air. Membiarkan Nathan menemani Rosie.
Di puncak Gunung Rinjani, tepat saat matahari hendak beristirahat, Nathan menyatakan perasaannya kepada Rosie. Tegar melihat itu. Ia hanya bisa gemetar berdiri di balik pohon. Menggenggam erat-erat akar pohon. Mencari pegangan.
Ya Tuhan, bukankah selama ini Rosie tidak pernah mau memalingkan wajah dari siluet matahari menghilang di balik kaki langit. Sekarang? Rosie-ku sempurna menatap wajah Nathan. Apa maksudnya? Bagaimana mungkin ceritanya berubah seperti ini? Bagaimana mungkin Nathan menyukai Rosie? Dua bulan? Dua bulan miliknya setara dengan dua puluh tahun milikku?
Tegar tak kuasa lagi berdiri di balik pohon.
Tegar tak kuasa harus bergabung dengan mereka di bebatuan puncak Rinjani.
Bagai kesetanan, Tegar lari menuruni lereng, gemetar berdiri dari jatuh bergulingan. Terhuyung, berusaha berpegangan tangan ke batang pinus raksasa. Singgah sebentar di Danau Segara Anakan, hanya untuk melemparkan jauh-jauh sekuntum bunga Edelweis yang tadinya ingin dia selipkan di rambut Rosie.
Tegar sempurna menghilang dari kehidupan Rosie dan Nathan. Bekerja bagai kesetanan, demi melupakan Rosie. Kerja kerasnya terbayar dengan prestasi pekerjaan yang membuat iri pegawai lain yang bekerja lebih lama dari pada Tegar.
Enam tahun berlalu. Masa-masa yang getir. Kesedihan. Kebencian.
Saat itulah Rosie dan Nathan serta dua anak mereka, Anggrek dan Sakura, datang ke tempat Tegar tinggal. Pada awalnya, kebencian dan kesedihan Tegar naik ke permukaan. Akan tetapi, tingkah dua kuntum bunga Rosie membuat Tegar melupakan dan berdamai dengan masa lalu.
Tujuh tahun kemudian.
Masa-masa sulit telah terlewati. Tegar berdamai dengan masa lalu. Dia dekat dengan anak-anak Rosie yang sekarang bertambah menjadi empat. Anggrek yang memanggil Tegar dengan sebutan Om. Sakura yang memanggil Tegar dengan sebutan Uncle. Jasmine yang memanggil Tegar dengan sebutan Paman. Dan Lili yang masih bayi. Tegar dan keluarga Rosie sering melakukan tele-conference, dikarenakan jarak mereka jauh. Tegar di Jakarta, dan keluarga Rosie di Gili Trawangan.
Seperti saat ini, Rosie dan Nathan merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-13 di Jimbaran. Mereka melakukan tele-conference di saat sunset.
Sayang.. nasib tak berpihak pada kebahagiaan mereka. Bom itu merenggut kebahagiaan di Jimbaran. Mengubah hidup manusia dalam sekali ledakan. Menghilangkan harapan.
Tegar kalap. Tegar saat itu juga langsung ke Jimbaran. Padahal besok adalah hari pertunangannya.
Nathan meninggal. Rosie depresi hingga gila. Rosie bahkan tidak memperhatikan anak-anak sama sekali. Tegar yang mengurus anak-anak.
Lantas, bagaimana kisah mereka? Apa kalian pikir, aku menceritakan semuanya? Tidak. Sama sekali tidak. Apa yang ku review barusan jika kalian baca di novelnya mungkin baru bab III.
Novel ini secara keseluruhan bagus. Punya nilai moral. Kita diajarkan untuk mengerti yang namanya kesempatan, membuat kesempatan itu ada. Kita diajarkan untuk berperang dalam hidup, memaafkan orang yang telah menyakiti kita, dan berdamai dengan masa lalu, bukan melupakannya. Sekali-dua aku sering menitikkan air mata. Terharu.
Bacalah! Kau akan diajarkan bagaimana caranya hidup oleh empat kuntum bunga Rosie dan Paman, Uncle, Om Tegar. Penasaran bagaimana Lili memanggil Tegar dengan sebutan apa nantinya?
Satu hal yang disayangkan, aku ternyata membeli novel yang cacat. Bukan cacat mengenai isi. Ini tidak ada hubungannya dengan kisah Tegar dan empat kuntum bunga Rosie. Halaman buku ini tertukar-tukar. Awalnya, aku mengira ada halaman yang hilang, ternyata halamannya tertukar. Ada di belakang sini. Ada di belakang sana. Pengen ditukar, tapi struk pembayarannya khilaf terbuang. Tapi.. halaman yang tertukar lebih baik daripada halaman yang terbuang, bukan? #eh
click to enlarge pictures!
Meskipun demikian, aku masih bisa membaca novel ini dengan.. tentu saja membalikkan halaman ini ke halaman yang ujung sana. Sempat juga sih keterusan baca saking serunya dari halaman 284 ke 317, gambar yang ke-3. Hehehehe. Pesan: beli buku itu hati-hati. Struk pembayaran juga usahakan jangan di buang sampai selesai baca novelnya.
suer ini keren banget haha nanya lagi ya harganya berapa kalau buku ini,soalnya aku nabung utk beli apapun yang aku inginkan :)
ReplyDelete60ribu. :)
Deleteayo nabung, buku ini menurut aku baguuuuus!