"Dia ingin orang-orang mempunyai uang.""Si penambang opal? Yang mati di dalam mobil?""Ya. Semacam itulah. Tidak persis begitu. Dia yang memicu semua ini, seperti orang menyulut sumbu petasan. Kematiannya menyalakan kertas api. Hal yang meledak saat ini, itu bukan dia. Itu orang lain. Sesuatu yang lain."(hal. 47)
Judul: The Ocean at the End of the Lane
Penulis: Neil Gaiman
Penerjemah: Tanti Lesmana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2013
Halaman: 264
ISBN: 978-979-22-9768-3
Harga: 50.000 IDR
I rate it 3/5 stars
Saat menyusuri jalan-jalan pedesaan Sussex tanpa tujuan, tokoh Aku tak sengaja melaju ke arah rumah lamanya. Samar-samar ia ingat ada kenangan yang buruk saat ia tinggal di rumah itu, saat ia berumur tujuh tahun. Namun, ia masih belum bisa mengingat dengan pasti akan kenangan buruk itu. Ia lalu menyusuri jalan setapak yang tak jauh dari rumahnya, melewati ladang-ladang, lalu sampailah ia ke tempat dimana semuanya bermula: tempat tinggal keluarga Hempstock.
Ia ingat ada samudra tak jauh dari rumah keluarga Hempstock. Bukan samudra sungguhan, itu sebenarnya hanya kolam bebek. Ia ingat Lettie Hempstock, seorang anak perempuan yang lebih tua darinya, yang mengenalkannya pada samudra itu. Ingatan samar-samar akan Lettie menuntunnya untuk datang kembali ke samudra, duduk lebih lama di kursi yang tak jauh dari samudra, mengenang kembali ingatan masa kecilnya sambil menatap permukaan air samudra yang tenang. Kemudian ia perlahan-lahan mulai mengingat semua kenangan yang tak masuk akal juga buruk setelahnya..
Dulu, saat ia masih berumur tujuh tahun, seorang penambang opal datang untuk menginap di rumahnya. Beberapa saat kemudian, tokoh Aku mendapati bahwa mobil ayahnya hilang. Mobil tersebut dibawa oleh sang penambang opal. Saat mobil ayah tokoh Aku ditemukan di ujung jalan setapak, sang penambang opal ternyata telah mati. Tokoh Aku mulai mengenal Lettie di hari penambang opal ditemukan mati. Beberapa hari kemudian, tokoh Aku mengalami mimpi buruk yang terasa nyata. Seolah-olah ada seseorang yang memasukkan logam dengan paksa ke tenggorokannya. Anehnya, mimpi itu memang nyata, Aku bangun dari mimpinya dan tersedak koin, namun tidak ada siapa-siapa di kamarnya.
Mengingat tidak ada yang mungkin percaya kata-katanya, Aku berlari ke rumah yang berada di ujung jalan setapak, rumah Lettie. Dia percaya pada Lettie, meskipun hal-hal yang Lettie katakan dan percayai memang aneh. Dari Lettie, ia mendapati bahwa kematian sang penambang opal telah membangkitkan apa yang seharusnya tetap tidur. Kutu, begitu Lettie memanggilnya. Lettie dan Aku berusaha untuk mencegah Kutu itu untuk keluar dari penjara-nya. Sayangnya, kesalahan terjadi dan Kutu itu mulai membuat hidup Aku jauh dari kata bahagia. Kutu itu menjelma menjadi seorang pengurus rumah tangga selama ibu tokoh Aku bekerja, Ursula Monkton.
Another weird story of Gaiman! Sayangnya aku tidak terlalu terkesan dengan buku 'aneh'-nya yang satu ini (American Gods dan Fortunately, the Milk masih menjadi juara! :p). Mungkin karena aku terlalu berekspektasi tinggi ya. Meskipun tidak terlalu terkesan, bukan berarti buku ini tidak bagus. Ada beberapa hal yang patut diacungin jempol!
Aku suka samudra-nya Lettie. Saat menemukan samudra itu, aku merasa nyaman, dan aku merasa diriku ditarik oleh Aku dan Lettie untuk bersama-sama menikmati indahnya samudra. Aku juga suka dengan cara yang dilakukan Kutu untuk keluar dari penjara dan masuk melalui tokoh Aku (meskipun aku memang agak jijik dan mengernyit saat membaca bagian ini), kemudian menyamar menjadi Ursula Monkton. Entah ya, aku merasa ada aura horornya saat Ursula memasuki kediaman Aku. Sejak mulai membaca halaman yang terdapat Ursula-nya, aku harus mengakui kalau aku merinding, ikut merasakan takut yang dirasakan tokoh Aku.
Satu poin lagi yang aku suka dan menurutku paling cerdas adalah teknik gunting dan potong. Teknik tentang memotong dan menggantikan waktu yang telah lalu. Ah, harus baca sendiri pokoknya, hanya Gaiman yang bisa mendeskripsikan teknik ini agar terlihat keren. Jangan tanya alasan spesifiknya apa, aku memang selalu excited kalau ada bagian dalam cerita yang bermain-main dengan waktu. :p
Mengenai karakter, aku menyukai tiga wanita Hempstock, of course! Hampstock tua yang ramah dan bijaksana. Ginnie Hempstock yang baik dan lihai memasak (beberapa kali aku menelan ludah saat membayangkan makanan-makanan di rumah pertanian Hempstock yang tampaknya lezat). Lettie yang pemberani dan apa adanya. The Nameless Boy atau tokoh Aku (yup, sampai selesai baca, aku nggak tahu nama si pencerita ini siapa—buku ini diceritakan melalui sudut pandang orang pertama lho—, karena aku merasa dia atau orang lain nggak pernah menyebutkan namanya) adalah anak yang apa adanya juga. Kalau dia memang ketakutan, dia nggak pretend kalau dia nggak takut, tapi dia juga nggak mengalah begitu saja. Dia juga memiliki pertahanan diri yang kuat (aku ingat saat dia berada di dalam lingkaran—won't say more because I'm not going to spoiled anything from this book). Ursula Monkton sendiri lumayan berhasil menjadi tokoh yang bikin gemes (dalam artian negatif—rasanya pengin cekik aja tuh si Ursula).
Buku ini cukup menarik, sebenarnya. Plotnya juga tidak datar. Aku cukup menikmati buku ini, tapi saat ingin memberikan rating, rasanya memberikan bintang 4 atau 5 terasa berat. :( Mungkinkah karena aku kurang sreg akan ending yang diberikan Gaiman? Oh iya, aku membaca The Ocean at the End of the Lane kali ini, selain karena memang udah penasaran sama bukunya, aku juga memilih buku ini sebagai bacaan Baca Bareng BBI 2014 bulan Januari dengan tema fabel. Saat melihat daftar di Goodreads, buku ini termasuk dalam bacaan fabel, makanya aku pilih (dan udah punya bukunya pula, lumayan ngurangin timbunan hehe). Mengenai tema fabel ini, well, aku rasa sebagai buku fabel, tema itu kurang digali. Aku tahu kalau Ursula itu memang Kutu. Tapi rasanya sulit membayangkan Ursula sebagai Kutu kalau dia berwujud manusia seperti itu, IMO. Tema fabel rasanya kurang terasa. This is the other reasons why I decreased the rating at the end, I guess.
If you're a fan of Gaiman, you sure you wanna try to read this, too! And I hope you'll LOVE the ocean like I do. :)
Mengingat tidak ada yang mungkin percaya kata-katanya, Aku berlari ke rumah yang berada di ujung jalan setapak, rumah Lettie. Dia percaya pada Lettie, meskipun hal-hal yang Lettie katakan dan percayai memang aneh. Dari Lettie, ia mendapati bahwa kematian sang penambang opal telah membangkitkan apa yang seharusnya tetap tidur. Kutu, begitu Lettie memanggilnya. Lettie dan Aku berusaha untuk mencegah Kutu itu untuk keluar dari penjara-nya. Sayangnya, kesalahan terjadi dan Kutu itu mulai membuat hidup Aku jauh dari kata bahagia. Kutu itu menjelma menjadi seorang pengurus rumah tangga selama ibu tokoh Aku bekerja, Ursula Monkton.
Ursula Monkton adalah jelmaan kekuasaan, berdiri di udara yang berderak dan bergemeretak. Dia adalah badai, dia halilintar, dia adalah dunia orang dewasa dengan semua kekuasaannya, rahasia-rahasianya, serta kekejamannya yang bodoh dan dianggap angin lalu. ... Aku anak lelaki umur tujuh tahun, kedua kakiku lecet-lecet dan berdarah. Aku baru saja mengompol. Makhluk yang melayang-layang di atasku berukuran sangat besar, rakus, dan dia ingin membawaku ke loteng; kalau sudah bosan padaku, dia akan menyuruh ayahku membunuhku. (hal. 127)
Another weird story of Gaiman! Sayangnya aku tidak terlalu terkesan dengan buku 'aneh'-nya yang satu ini (American Gods dan Fortunately, the Milk masih menjadi juara! :p). Mungkin karena aku terlalu berekspektasi tinggi ya. Meskipun tidak terlalu terkesan, bukan berarti buku ini tidak bagus. Ada beberapa hal yang patut diacungin jempol!
Aku suka samudra-nya Lettie. Saat menemukan samudra itu, aku merasa nyaman, dan aku merasa diriku ditarik oleh Aku dan Lettie untuk bersama-sama menikmati indahnya samudra. Aku juga suka dengan cara yang dilakukan Kutu untuk keluar dari penjara dan masuk melalui tokoh Aku (meskipun aku memang agak jijik dan mengernyit saat membaca bagian ini), kemudian menyamar menjadi Ursula Monkton. Entah ya, aku merasa ada aura horornya saat Ursula memasuki kediaman Aku. Sejak mulai membaca halaman yang terdapat Ursula-nya, aku harus mengakui kalau aku merinding, ikut merasakan takut yang dirasakan tokoh Aku.
Satu poin lagi yang aku suka dan menurutku paling cerdas adalah teknik gunting dan potong. Teknik tentang memotong dan menggantikan waktu yang telah lalu. Ah, harus baca sendiri pokoknya, hanya Gaiman yang bisa mendeskripsikan teknik ini agar terlihat keren. Jangan tanya alasan spesifiknya apa, aku memang selalu excited kalau ada bagian dalam cerita yang bermain-main dengan waktu. :p
Mengenai karakter, aku menyukai tiga wanita Hempstock, of course! Hampstock tua yang ramah dan bijaksana. Ginnie Hempstock yang baik dan lihai memasak (beberapa kali aku menelan ludah saat membayangkan makanan-makanan di rumah pertanian Hempstock yang tampaknya lezat). Lettie yang pemberani dan apa adanya. The Nameless Boy atau tokoh Aku (yup, sampai selesai baca, aku nggak tahu nama si pencerita ini siapa—buku ini diceritakan melalui sudut pandang orang pertama lho—, karena aku merasa dia atau orang lain nggak pernah menyebutkan namanya) adalah anak yang apa adanya juga. Kalau dia memang ketakutan, dia nggak pretend kalau dia nggak takut, tapi dia juga nggak mengalah begitu saja. Dia juga memiliki pertahanan diri yang kuat (aku ingat saat dia berada di dalam lingkaran—won't say more because I'm not going to spoiled anything from this book). Ursula Monkton sendiri lumayan berhasil menjadi tokoh yang bikin gemes (dalam artian negatif—rasanya pengin cekik aja tuh si Ursula).
Buku ini cukup menarik, sebenarnya. Plotnya juga tidak datar. Aku cukup menikmati buku ini, tapi saat ingin memberikan rating, rasanya memberikan bintang 4 atau 5 terasa berat. :( Mungkinkah karena aku kurang sreg akan ending yang diberikan Gaiman? Oh iya, aku membaca The Ocean at the End of the Lane kali ini, selain karena memang udah penasaran sama bukunya, aku juga memilih buku ini sebagai bacaan Baca Bareng BBI 2014 bulan Januari dengan tema fabel. Saat melihat daftar di Goodreads, buku ini termasuk dalam bacaan fabel, makanya aku pilih (dan udah punya bukunya pula, lumayan ngurangin timbunan hehe). Mengenai tema fabel ini, well, aku rasa sebagai buku fabel, tema itu kurang digali. Aku tahu kalau Ursula itu memang Kutu. Tapi rasanya sulit membayangkan Ursula sebagai Kutu kalau dia berwujud manusia seperti itu, IMO. Tema fabel rasanya kurang terasa. This is the other reasons why I decreased the rating at the end, I guess.
If you're a fan of Gaiman, you sure you wanna try to read this, too! And I hope you'll LOVE the ocean like I do. :)
27 Januari 2014: Baca Bareng BBI Tema Fabel
wahhh...banyak yang baca buku ini, makin penasaran... :))
ReplyDelete@lucktygs
http://luckty.wordpress.com/2014/01/30/review-the-frog-princess/
Yuk ah, Mbak Luckty harus ikutan baca pokoknya! :D
Delete