Senin pagi baru nyampe Palembang. Selasa siang langsung terbirit-birit ke bioskop sama Novi (yang baru pulang mudik juga) demi Perahu Kertas. Penasaran banget pokoknya sama film itu. Kenapa? Novelnya bagus banget, sih. Meskipun udah tahu gimana jalan ceritanya, tetep aja ngotot nonton. Pengen tahu aja tuh film sebagus novelnya apa kagak. Kebanyakan film adaptasi kan biasanya malah rusak, contoh: Twilight Saga (?). *kenapa juga malah ngomongin nih pilem* #abaikan
Perahu Kertas adalah film adaptasi dari novel yang berjudul sama. Sudah tahu dong siapa penulisnya! Dewi Lestari (nama pena: Dee) dong, siapa lagi? Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo, bytheway. Untuk karakternya nanti aku jelasin satu-satu. Sekarang, short review dulu ya. :)
“Hai Neptunus, apa kabar di laut biru? Perahu kertas yang kali ini akan membawakanmu kisah tentang perjalanan hatiku…”
Kugy (diperankan oleh Maudy Ayunda), cewek mungil yang hobi banget nulis dongeng. Tapi, apa menulis dongeng bisa dijadikan sebuah cita-cita? Bisa saja, tapi Kugy beranggapan lain. Jaman sekarang memangnya tulisan begitu bakal laku dan bikin hidup mapan? Dongeng tidak realistis, begitu katanya. Ah, satu lagi. Kugy adalah agen Neptunus (menuliskan apa saja yang ia rasakan pada sebuah kertas, lalu melipat kertas itu menjadi perahu kertas dan melepaskannya ke aliran air), maniak kura-kura ninja juga. Keenan (Adipati Dolken), sangat suka melukis berbagai ilustrasi. Bercita-cita sebagai pelukis. Tapi cita-citanya ditentang habis-habisan oleh ayahnya. Meneruskan kuliah di jurusan Ekonomi karena terpaksa. Cita-citanya menjadi seorang pelukis luntur, tapi tak pernah benar-benar hilang. Apalagi setelah bertemu Kugy.. Yeah! Keenan juga menjadi agen Neptunus. Dilantik Kugy, lho.
Kugy dan Keenan tak sengaja dipertemukan oleh Noni dan Eko (mereka ini pasangan yang kocak banget!) di stasiun kereta saat mereka bertiga hendak menjemput Keenan.
Persahabatan mereka terjalin seiring berjalannya waktu. Tapi perasaan itu mulai berubah. Benih-benih cinta mulai muncul. Disemai oleh dongeng yang diilustrasikan dengan lukisan. Tapi, dongeng pun tak selamanya indah. Kisah mereka banyak mengalami pasang surut. Masalah satu selesai, tumbuh masalah lain. Seakan dua agen Neptunus yang malang itu tidak ditakdirkan untuk bersama.
“Dear Neptunus, aku mencintainya, di depannya aku mampu menjadi diriku sendiri, seperti airmu yang selalu membawa semua pesanku. Dia pun begitu, membuatku hanyut oleh sorot matanya. Membuatku lupa oleh kesedihan rasanya, sampai aku tak bisa katakan apa-apa padanya, bahkan untuk sekedar bilang rindu atau butuh.”
Sudah lama sekali aku membaca novel ini, dan jujur saja, aku agak lupa ceritanya. Tapi, setelah menonton beberapa bagian, serpihan memori akan novel ini pun bersatu kembali.
Well.. film ini cukup menggambarkan novel ini, tapi tidak terlalu dalam. Banyak yang kurang. Diantaranya, kebiasaan mereka nonton tiap weekend yang hampir nggak ada. Padahal di novel tuh sering banget. Kehebohan mereka di kantin Pemadam Kelaparan. Juga scene berantemnya Noni-Kugy yang, sumpah, di film jadi gaje gitu. My friend, Novi, nanya juga, "Itu si Noni sama Kugy kok jadi berantem gegara masalah sepele?" Trus juga, filmnya terkesan terburu-buru. Mungkin karena novelnya panjang banget. Tapi, kan, udah dibuat sekuelnya. Masa mau buru-buru juga?
Peran Kugy yang dibawakan oleh Maudy ini lumayan. Cocok jadi Kugy, tapi nggak cocok banget. Masih ada yang kurang, tapi nggak tahu apa. Bytheway, si Adipati kok kayaknya wajahnya nelangsa banget. Jujur, I don't like Keenan here. Keenan versi Adipati kurang menggambarkan sosok asli Keenan. Keenan yang di buku lebih nyantol dihati.
“Maybe that’s all that we need, is to meet in the middle of impossibility. Standing opposite poles. Equal partners in a mystery.” |
Bicara tentang tokoh lain. We start from Wanda, si cewek bule yang tergila-gila sama Keenan. Muka judesnya yang nggak bersahabat itu udah cukup ngegambarin Wanda yang nggak baik-baik amat. Tapi gimana ya? Aktingnya agak lebay, menurutku. Bikin muntah aja. -___- Anyway, yang jadi Wanda itu nama aslinya siapa ya? :o
What about Eko (Fauzan Smith) and Noni (Sylvia Fully R)? Jangan ditanya. Pas baca bukunya, mereka memang bumbu termanis. Udah kocak, asyik, apa lagi? Konslet? Hahaha. Mereka adalah tokoh yang palinng aku tunggu-tunggu. Lucu banget soalnya. Kalau nggak ada Eko sama Noni, aku yakin aku nggak akan pernah suka Perahu Kertas kali ya. :p Kejadian yang paling buat ngakak jungkir balik? Tentu saja saat Eko dan Noni lagi ijab kabul. Si Eko, sumpah, konslet banget! :D
Ada lagi dua tokoh yang muncul di pertengahan cerita. Remi (Reza Rahadian) dan Luhde (Elyzia Mulachela). Dua tokoh yang muncul belakangan tapi menentukan ending cerita (meskipun film ini bersambung pada bulan Oktober nanti). Aku kaget pas tahu Reza yang meranin Remi. Aku dulu sempet kesengsem juga sama aktor yang satu ini. Ditambah lagi dia yang meranin Remi. Oh, kok aku merasa yang lebih cocok sama Kugy itu si Remi ini ya? Lebih pas. Lebih asyik ngelihat mereka berdua ngobrol daripada ngelihat Kugy-Keenan versi film. Elyzia juga pas banget meranin Luhde. Pemalu tapi bijaknya dapet. Luhde cocok sama Keenan versi film hahaha.
Ada adegan yang menurutku emosinya nggak dapet dan malah berakhir dengan aku cekikikan sendiri (padahal sama sekali nggak lucu). SPOILER Ituloh.. pas adegan kissing Kugy-Remi dan Keenan-Luhde. Kalau pas baca bukunya, aku berkaca-kaca sambil merutuki 'mengapa ceritanya begini? Harusnya Kugy sama Keenan!' begitu. Bandingkan dengan menonton filmnya. Sebenarnya cuman bisa cekikikan dalam hati, sih. Takut disangka nggak waras aja..
Jadi in conclusion, kualitas film ternyata masih nggak sepadan dengan bukunya. Tapi, aku mau ngucapin Congrats and Thanks buat Pak Hanung karena udah susah payah meluangkan waktunya untuk membuat novel ini nyata dan hidup. Bagi kalian yang suka nonton Perahu Kertas, coba deh baca versi novelnya (buat yang belum baca, lho ya). Selain kalian nggak dikasih ending yang gantung kayak di film, kalian juga bakal ngerasain gimana dalemnya novel patah-hati ini kalo baca versi novel. :)
Oh, ya, berikut 8 soundtracks Perahu Kertas. Nice banget dan enak di dengar. Bagi yang lagi galau, lagu-lagu ini sepertinya cocok dan ngena banget. Apalagi accoustic gitu lagu-lagunya hahaha. :D
- Perahu Kertas
- 2 Manusia
- Tahu Diri
- Langit Amat Indah
- A New World
- Cinta yang Tak Mungkin
- How Could You
- Behind the Star
All of them are my favorites right now. Kecuali yang Behind the Star hehehe. What's yours bytheway? :)
At last, boleh dong aku cantumkan beberapa quotes dari film ini. Sekalian quotes dari bukunya juga (maaf nggak nge-review bukunya hahaha).
“Jalan kita mungkin berputar, tapi satu saat, entah kapan, kita pasti punya kesempatan jadi diri kita sendiri.”
“Kenangan itu cuma hantu di sudut pikir. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu. Nggak akan pernah jadi kenyataan.”
“Karena hanya bersama kamu, segalanya terasa dekat, segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar. Dan Bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita.”
“Ada saatnya cinta harus dilepas, tidak digenggam dengan begitu erat. Bahwa ada saatnya kita tidak perlu berlari, tapi berhenti, melihat sekeliling. dan tersenyum.”
“Nyerah sama realistis itu beda tipis..”
"Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti lembar kosong. Padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap di sana. Bumi hanya sedang berputar."
“Apa yang orang bilang realistis, belum tentu sama apa yang kita pikirkan. ujung ujungnya kita juga tau kok, mana yang diri kita sebenarnya, mana yang bukan diri kita. Dan…kita juga tau apa yang kita pengen jalani.”
“Dari pertama kita jadian, gue selalu berusaha ngejar dunia lo. Tapi, lo bukan cuma lari, lo tuh terbang. Dan lo suka lupa, gue masih di bumi. Kaki gue masih di tanah. Gimana kita bisa terus jalan kalau tempat kita berpijak aja beda?”
Salam Neptunus. :)
Nice preview(: But it's Wanda not Manda, hehee
ReplyDelete*langsung ganti Manda jadi Wanda*
ReplyDeleteThanks ya udah di-check! :)