Saturday, 7 April 2012

[REVIEW] Èclair, Pagi Terakhir di Rusia


Judul : Eclair, Pagi Terakhir di Rusia
Penulis : Prisca Primasari
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2011
Halaman : 236
ISBN : 978-979-780-472-5

Remember me when I am gone away
gone far away into the silent land
when you can no more hold me by the hand
nor I half turn to go, yet turning stay.

Remember me when no more day by day
you tell me of your future that you planned
only remember me; you understand
it will be late to counsel then or pray
yet if you should forget me for a while

And afterwards remember, do not grieve:
for if the darkness and corruption leave
a vestige of the thoughts that once had
better by far you should forget and smile
than that you should remember and be sad

-Remember, Christina Rossetti.


Bagaimana perasaanmu jika sahabat terbaikmu, yang selalu menebarkan kehangatan dan keceriaan setiap hari, selalu menularkan senyuman dan tawa, serta selalu membuatkanmu berpuluh-puluh Èclair yang manis dan lezat dengan ikhlas dan penuh cinta, tiba-tiba hanya bisa terduduk dengan pandangan kosong dan wajah pucat tak berdaya? Sanggupkah kau menyaksikan pemandangan menyakitkan itu? Sungguh, kau pasti tak akan percaya bahwa laki-laki dengan sorot mata kosong dengan pria muda yang dulu selalu penuh semangat dan keceriaan itu adalah orang yang sama.

"Apa yang kau bayangkan ketika memasak, Stepanych?"
"Kalian berempat."
(page 124)

Sergei dan Katya hanya bisa menatap miris Stepanych yang tak kunjung pulih. Depresinya membuat penyakit Wilson yang dideritanya bertambah parah. Dalam tidurnya, kerap kali ia menyebutkan nama dua sosok yang tak asing lagi ditelinga Sergei dan Katya, yaitu Kay dan Lhiver. Mereka berdua mengerti. Stepanych pasti ingin bertemu dengan dua orang yang telah lama menghilang dari hidupnya itu selama dua tahun itu. Dua tahun yang miris. Dua tahun yang menyakitkan. Dua tahun pula masing-masing mereka memendam rasa bersalah. Ingin rasanya kembali sesaat sebelum dua tahun itu. Bagaimana pun, perubahan kecil di masa lalu menyebabkan perubahan besar di masa depan, kan?

Dan bila ada hal yang membahagiakan sekaligus menyedihkan untuk dipikirkan, itu adalah masa lalu yang indah. -Kay (page 224)

Mereka berlima adalah sahabat baik, mungkin bisa dibilang lebih baik dari sahabat, dua tahun lalu. Sekarang mereka terhampar di bumi saling memisahkan diri satu sama lain. Kay di New York. Lhiver di Indonesia. Sergei, Katya, dan Stepanych menetap di Rusia. Sejak kejadian dua tahun lalu, semuanya sudah tak sama lagi. Stepanych sakit-sakitan ditambah depresi. Katya tidak mau makan Èclair lagi. Kay dan Lhiver yang menjauh. Dan Sergei.. dia tidak mengalami perubahan apa pun. Bagaimana situasi maupun kondisi yang ia hadapi, Sergei selalu nampak tegar dan kuat. Seorang yang selalu menjadi panutan bagi mereka berempat, saat dulu, dua tahun yang lalu. Setiap orang punya cara sendiri-sendiri untuk mengobati kesedihan, bukan?

Hati yang merasakan dengan tulus jauh lebih baik daripada kata-kata manis yang palsu dan tidak berarti. -Stepanych (page 146)

Sekarang, setelah mendengar nama Kay dan Lhiver berkali-kali dari Stepanych, Katya memutuskan untuk menjemput Kay dan Lhiver. Bukan dengan menelepon mereka. Melainkan langsung terbang ke negara itu. Meskipun enggan dan tahu respon mereka tidak akan sebaik dan seramah kenalan jauh yang lama tak bertemu, Katya tetap bersikeras menemui mereka dan menyeret mereka untuk bertemu Stepanych. Dan meskipun dua minggu lagi ia akan menikah dengan Sergei. Ia tak peduli. Bagaimana pun ia harus berhasil membawa Kay dan Lhiver ke Rusia, menemui Stepanych.

Aku tidak akan pergi. Karena setiap detik yang kulewati bersamamu... adalah sesuatu yang akan kuhargai selamanya. (page 211)

Sanggupkah Katya menemui mereka berdua sedangkan hubungan yang retak itu masih berserakan di tanah? Bukan hal yang mudah. Kay ditimpa masalah. Lhiver keras kepala dan dia yang pertama kali memutuskan pergi dari mereka berempat karena mereka telah menghancurkan hidupnya. Tidak ada perjalanan yang mudah, kau tahu? Bersiaplah tersenyum, kagum, dan berkaca-kaca saat membacanya.

***
I wandered lonely as a cloud
that floats on high o'er vales and hills
when all at once I saw a crowd
a host, of golden daffodils;
beside the lake, beneath the trees
fluttering and dancing in the breeze

-I Wandered Lonely as a Cloud, William Wordsworth


Aku tertarik pada novel ini saat mengetahui bahwa novel ini berlatar belakang Rusia. Bagaimana pun juga, novel dengan latar belakang serta beraroma Korea, Italia, Bali dan Paris itu sudah biasa. Kini, aku mencoba memenuhi rasa keingintahuanku yang besar dengan membaca novel ini. Untuk menambah sedikit pengetahuan tentang Rusia, mungkin.

Kisah persahabatan yang ditawarkan novel ini sangat manis. Aku tidak bisa berhenti membaca bab satu ke bab selanjutnya. Aku baru berhenti membaca dan berhenti mengagumi novel ini saat halaman novel itu ada yang hilang. Arrrrrrrgggghhhhh rasanya aku ingin memenggigit dan menelan busa bantal dan guling saat itu juga!!! Tapi aku langsung menikmati novel ini lagi saat besok pagi aku selesai menukar novel indah yang malang itu.

Kisah ini dibumbui dengan alur mundur. Menghisap kita kembali ke masa lalu mereka berlima. Dan memaksa kita untuk kembali menatap kenyataan miris akan mereka. Ada kepedihan yang menempel di sana-sini. Tapi, ada pula kebahagiaan yang menutupi. Èclair yang bertebaran di hampir seluruh halaman selalu saja membuatku berhasil meneteskan air liur. Bertanya-tanya dimana toko roti yang menyediakan Èclair. Kalau bisa, yang asli buatan Stepanych. Aku sangat penasaran, kau tahu?

Selain Èclair yang istimewa, salah satu tokoh yang istimewa adalah Sergei. Cara dia menghadapi masalah membuatku terkagum-kagum. Dia tidak pernah menangis, apalagi di depan ketiga sahabatnya dan adik kesayangannya, Stepanych. Dia selalu mendengarkan cerita mereka, tanpa berharap mereka mendengarkan cerita tentangnya. Dia selalu menawarkan bahu dan tangannya, tanpa ingin mereka melakukan hal yang sama. Aku kagum padanya, ingin rasanya mempunyai sahabat atau kakak seperti Sergei. Namun, ternyata Sergei bisa bersikap kikuk juga. Tapi, kikuknya itu membuatku tersenyum. Berikut percakapan kikuk Sergei yang paling aku suka; saat ia pertama kali bertemu Katya.

"Aku sama sekali tidak bermaksud mengasihanimu. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu." -Sergei
"Apa yang ingin kau tanyakan?" -Katya
"Kau mau kue?" -Sergei
(page 189)

Sergei, kau menawarkan Èclair untuk orang yang berduka? Aku suka itu! :D

Well, novel ini bagus. Apalagi ada unsur detektif juga. Membuatku tambah jatuh cinta dan rela memberikan 4 bintang untuk novel ini! :D

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...