Mungkin dalam hidupmu sendiri kau sudah tahu bahwa kegiatan mendongeng sangat besar dampaknya. Kisah yang disampaikan dengan baik dapat membuat para pendengarnya terbang jauh dari hiruk-pikuk kehidupan mereka dan ketika kembali, mereka punya pandangan yang lebih baik tentang dunia ini. (hal. 245)
Serial: Peter Nimble #1
Penulis: Jonathan Auxier
Penerjemah: Rosemary Kesauly
Penerbit: Gramedia
Tahun: 2014
Halaman: 432
ISBN: 978-602-03-0152-5
I rate it 4.5/5 stars
Peter Nimble tidak punya orangtua, paling tidak itulah yang diketahuinya. Saat ia masih bayi, ia ditemukan oleh pelaut sedang menangis dan terombang-ambing di dalam keranjang dengan gagak yang bertengger di atasnya. Sejak kecil pula, Peter Nimble buta. Menurut cerita, gagak yang bertengger di keranjangnya lah yang telah mematuk habis matanya.
Namun, Peter tidak punya kesulitan bertahan hidup. Ketidakmampuannya menjadi kelebihannya. Ia menjadi lebih peka daripada manusia kebanyakan, dan tangannya yang mungil juga lincah seringkali mengutil barang-barang kebutuhannya di pasar tanpa ketahuan. Bakat mencuri ini sayangnya diketahui oleh Mr. Seamus yang jahat. Ia membawa Peter kecil ke rumahnya dan mengajarinya semua trik mencuri. Peter pun menjadi pencuri terhebat di kota itu.. yah, paling tidak sampai ia berumur 10 tahun ketika ia bertemu dengan pedagang keliling misterius.
Dari pedagang keliling misterius itu, Peter mencuri sebuah kotak dengan banyak gembok. Seperti halnya pencuri, ia selalu dibuat penasaran dengan gembok, seberapa sering pun ia berusaha dan berhasil membuka satu gembok, Peter selalu penasaran dengan gembok yang lain. Seperti halnya kotak misterius dengan banyak gembok yang asing ini. Hari itu, alih-alih bekerja seperti yang diperintahkan Mr. Seamus, Peter hanya membawa kotak itu pulang ke rumah.
Seperti yang mungkin kalian duga, kotak itu berisi mata ajaib. Ralat, tiga pasang mata ajaib. Awalnya Peter tidak menyadarinya, tapi karena bantuan dari zebra misterius, Peter akhirnya tahu kotak itu berisi mata. Dengan hati-hati Peter memasang mata berwarna emas yang dipilihkan zebra itu untuknya, dan... dalam sekejap Peter menghilang dan muncul di sebuah kolam di dasar jurang.
Detik itu juga, kehidupan Peter yang sehari-harinya mencuri dari orang di kota pun berubah. Ia bertemu Sir Tode, ksatria bertubuh kucing dan berkaki kuda. Ia juga bertemu Profesor Cake dan pedagang keliling di tempat aneh itu. Dari sana, Profesor Cake memberi Peter dan Sir Tode tugas untuk menyelamatkan Kerajaan yang Lenyap berdasarkan surat botol yang ditemukan Profesor Cake bertahun-tahun lalu..
Sajaknya memang terpotong di sana. Cukup mengganggu Peter dan Sir Tode yang tidak pernah belajar tentang rima di sekolah. Tapi, meski mereka tidak mengetahui petunjuk besar itu, mereka tetap memulai perjalanan mencari sosok yang membutuhkan bantuan bertahun-tahun silam.
Bagaimana petualangan Peter Nimble dan Sir Tode mencari Kerajaan yang Lenyap? Berhasilkah mereka, apalagi saat mereka malah terdampar di Gurun Ganjaran, gurun yang tidak kelihatan ujungnya, yang dihuni oleh pencuri-pencuri licik dan gagak yang mengerikan?
Aku menyesal karena baru bisa me-review buku ini sekarang. Satu-satunya penyesalan adalah.. feel yang kudapat saat selesai membaca jadi nggak bisa ikut tersampaikan sekarang setelah kurang lebih dua minggu selesainya aku membaca. T-T Habis gimana... kebiasaan malas me-review masih membayangi sih..
Yah.. aku coba-coba rewind aja lah ya gimana perasaanku pas selesai baca buku ini. Keadaanku saat mulai membaca buku ini rasanya memang tepat lah ya. Ibarat gelas kosong yang cuman diisi sama udara kebosanan, tiba-tiba diisi sama kata-kata ajaibnya Jonathan Auxier dengan kisah Peter Nimble yang nggak kalah ajaib. Lalu gelasnya kepenuhansprite, lalu isinya tumpah kemana-mana. Err.. intinya waktu itu aku bahagia banget pas selesai baca Peter Nimble. Saking bahagianya pas hujan-hujan sore itu jadi pengin tidur sambil peluk buku alih-alih peluk oppa. #BtwIniAkuKeracunanIklanSprite #JanganDitiru
Bicara tentang penulis keren, menurutku Jonathan Auxier salah satu juaranya! Aku seneng banget sama cara penulisannya Jonathan Auxier iniiiii.. dia itu nulis novel kayak lagi ngobrol sama pembacanya gitu. Aku bersyukur banget ternyata terjemahannya juga bagus, nggak ngilangin feeling lagi ngobrol sama Jonathan. Why I said that? Soalnya pas baca buku kedua yang versi nginggris, feeling yang kudapat masih sama kayak baca Peter Nimble. Terima kasih atas terjemahannya, Mbak Rosemary.. tolong terjemahin buku keduanya juga, please~ ;)
Untuk karakternya sendiri aku bisa bilang unik, makanya aku suka. Peter Nimble yang merupakan seorang pencuri ulung dan cerdas. Lalu ada Sir Tode, ksatria nyentrik yang selalu membanggakan bagaimana dia membunuh naga beratus-ratus tahun lalu. By the way, Sir Tode ini dulunya cuman penggembala sapi, tapi karena nggak sengaja membunuh naga (yah, kalian baca sendiri aja lengkapnya ya xD), dia pun dipanggil Sir. Untuk masalahnya yang terjebak dalam tubuh kucing berkaki kuda itu, karena dulu dia dikutuk oleh penyihir yang merasa tidurnya diganggu Sir Tode. xD
Aku juga suka sama Putri Peg yang pemberani dari Kerajaan yang Lenyap. Kerajaan itu ternyata dikuasai oleh pamannya yang jahat, hampir semua anak kecil dijadikan budak istana. Namun beberapa bersembunyi bersama Putri Peg. Tidak seperti putri seperti biasanya yang berpenampilan bersih dan cantik, Peg malah bersembunyi sekaligus tinggal di saluran-saluran bawah istana, tubuhnya juga kotor. Well, lucu saja melihat Peter dan Peg nggak bisa akur, saling ejek, dan selalu bertengkar tapi sekaligus saling membantu. xD
Pace yang cepat dan bersahabat, karakter-karakter yang unik dan lovable (yah kecuali si raja jahat dan antek-anteknya itu ya), dan kisah suram Ulang Tahun Terkutuk pada Kerajaan yang Lenyap, merupakan faktor yang cukup membuatku mencap buku ini sebagai salah satu koleksi buku keren. Yah, meskipun aku bisa menebak-nebak ending-nya bagaimana, aku masih saja terharu saat akhirnya sampai pada bagian alasan sebenarnya Peter dikirim ke Kerajaan yang Lenyap. :') Anyway, tadinya aku ngasih buku ini lima bintang sih, tapi kemudian kuturunin dikit setelah selesai baca buku dua yang JAUH LEBIH KEREN! Review buku kedua menyusul insyaAllah besok atau lusa ya! ^^
Peter Nimble tidak punya orangtua, paling tidak itulah yang diketahuinya. Saat ia masih bayi, ia ditemukan oleh pelaut sedang menangis dan terombang-ambing di dalam keranjang dengan gagak yang bertengger di atasnya. Sejak kecil pula, Peter Nimble buta. Menurut cerita, gagak yang bertengger di keranjangnya lah yang telah mematuk habis matanya.
Namun, Peter tidak punya kesulitan bertahan hidup. Ketidakmampuannya menjadi kelebihannya. Ia menjadi lebih peka daripada manusia kebanyakan, dan tangannya yang mungil juga lincah seringkali mengutil barang-barang kebutuhannya di pasar tanpa ketahuan. Bakat mencuri ini sayangnya diketahui oleh Mr. Seamus yang jahat. Ia membawa Peter kecil ke rumahnya dan mengajarinya semua trik mencuri. Peter pun menjadi pencuri terhebat di kota itu.. yah, paling tidak sampai ia berumur 10 tahun ketika ia bertemu dengan pedagang keliling misterius.
Dari pedagang keliling misterius itu, Peter mencuri sebuah kotak dengan banyak gembok. Seperti halnya pencuri, ia selalu dibuat penasaran dengan gembok, seberapa sering pun ia berusaha dan berhasil membuka satu gembok, Peter selalu penasaran dengan gembok yang lain. Seperti halnya kotak misterius dengan banyak gembok yang asing ini. Hari itu, alih-alih bekerja seperti yang diperintahkan Mr. Seamus, Peter hanya membawa kotak itu pulang ke rumah.
Seperti yang mungkin kalian duga, kotak itu berisi mata ajaib. Ralat, tiga pasang mata ajaib. Awalnya Peter tidak menyadarinya, tapi karena bantuan dari zebra misterius, Peter akhirnya tahu kotak itu berisi mata. Dengan hati-hati Peter memasang mata berwarna emas yang dipilihkan zebra itu untuknya, dan... dalam sekejap Peter menghilang dan muncul di sebuah kolam di dasar jurang.
Detik itu juga, kehidupan Peter yang sehari-harinya mencuri dari orang di kota pun berubah. Ia bertemu Sir Tode, ksatria bertubuh kucing dan berkaki kuda. Ia juga bertemu Profesor Cake dan pedagang keliling di tempat aneh itu. Dari sana, Profesor Cake memberi Peter dan Sir Tode tugas untuk menyelamatkan Kerajaan yang Lenyap berdasarkan surat botol yang ditemukan Profesor Cake bertahun-tahun lalu..
Ada banyak raja, tidak ada pangeran
Burung-burung gagak berkeliaran dan samudera menarik diri.
Hanya orang asing yang akan membawa kelegaan,
Namun kegelapan berkuasa, kecuali ia...
Sajaknya memang terpotong di sana. Cukup mengganggu Peter dan Sir Tode yang tidak pernah belajar tentang rima di sekolah. Tapi, meski mereka tidak mengetahui petunjuk besar itu, mereka tetap memulai perjalanan mencari sosok yang membutuhkan bantuan bertahun-tahun silam.
Bagaimana petualangan Peter Nimble dan Sir Tode mencari Kerajaan yang Lenyap? Berhasilkah mereka, apalagi saat mereka malah terdampar di Gurun Ganjaran, gurun yang tidak kelihatan ujungnya, yang dihuni oleh pencuri-pencuri licik dan gagak yang mengerikan?
"Tapi ingat ini baik-baik, BocahKecil. Lebih baik kaubuang jauh-jauh mimpimu untuk melarikan diri. Tidak ada seorang pun yang bisa lari dari Gurun Ganjaran... bahkan Mereka pun tidak." (hal. 126)
Aku menyesal karena baru bisa me-review buku ini sekarang. Satu-satunya penyesalan adalah.. feel yang kudapat saat selesai membaca jadi nggak bisa ikut tersampaikan sekarang setelah kurang lebih dua minggu selesainya aku membaca. T-T Habis gimana... kebiasaan malas me-review masih membayangi sih..
Yah.. aku coba-coba rewind aja lah ya gimana perasaanku pas selesai baca buku ini. Keadaanku saat mulai membaca buku ini rasanya memang tepat lah ya. Ibarat gelas kosong yang cuman diisi sama udara kebosanan, tiba-tiba diisi sama kata-kata ajaibnya Jonathan Auxier dengan kisah Peter Nimble yang nggak kalah ajaib. Lalu gelasnya kepenuhan
Bicara tentang penulis keren, menurutku Jonathan Auxier salah satu juaranya! Aku seneng banget sama cara penulisannya Jonathan Auxier iniiiii.. dia itu nulis novel kayak lagi ngobrol sama pembacanya gitu. Aku bersyukur banget ternyata terjemahannya juga bagus, nggak ngilangin feeling lagi ngobrol sama Jonathan. Why I said that? Soalnya pas baca buku kedua yang versi nginggris, feeling yang kudapat masih sama kayak baca Peter Nimble. Terima kasih atas terjemahannya, Mbak Rosemary.. tolong terjemahin buku keduanya juga, please~ ;)
Untuk karakternya sendiri aku bisa bilang unik, makanya aku suka. Peter Nimble yang merupakan seorang pencuri ulung dan cerdas. Lalu ada Sir Tode, ksatria nyentrik yang selalu membanggakan bagaimana dia membunuh naga beratus-ratus tahun lalu. By the way, Sir Tode ini dulunya cuman penggembala sapi, tapi karena nggak sengaja membunuh naga (yah, kalian baca sendiri aja lengkapnya ya xD), dia pun dipanggil Sir. Untuk masalahnya yang terjebak dalam tubuh kucing berkaki kuda itu, karena dulu dia dikutuk oleh penyihir yang merasa tidurnya diganggu Sir Tode. xD
Aku juga suka sama Putri Peg yang pemberani dari Kerajaan yang Lenyap. Kerajaan itu ternyata dikuasai oleh pamannya yang jahat, hampir semua anak kecil dijadikan budak istana. Namun beberapa bersembunyi bersama Putri Peg. Tidak seperti putri seperti biasanya yang berpenampilan bersih dan cantik, Peg malah bersembunyi sekaligus tinggal di saluran-saluran bawah istana, tubuhnya juga kotor. Well, lucu saja melihat Peter dan Peg nggak bisa akur, saling ejek, dan selalu bertengkar tapi sekaligus saling membantu. xD
Pace yang cepat dan bersahabat, karakter-karakter yang unik dan lovable (yah kecuali si raja jahat dan antek-anteknya itu ya), dan kisah suram Ulang Tahun Terkutuk pada Kerajaan yang Lenyap, merupakan faktor yang cukup membuatku mencap buku ini sebagai salah satu koleksi buku keren. Yah, meskipun aku bisa menebak-nebak ending-nya bagaimana, aku masih saja terharu saat akhirnya sampai pada bagian alasan sebenarnya Peter dikirim ke Kerajaan yang Lenyap. :') Anyway, tadinya aku ngasih buku ini lima bintang sih, tapi kemudian kuturunin dikit setelah selesai baca buku dua yang JAUH LEBIH KEREN! Review buku kedua menyusul insyaAllah besok atau lusa ya! ^^
review ini untuk BBI RRC 2017
kategori Single Point: Name In A Book
No comments:
Post a Comment