Friday, 27 April 2018

[REVIEW] Murder Most Unladylike

I had never seen a dead body up close before, but I was quite certain now that Miss Bell was dead. ...and I was alone with her body. I suddenly remembered the ghost of Verity Abraham, and thought that perhaps it was her who had killed Miss Bell, pushing her off from exactly the same spot she had jumped from a year ago...

Judul: Murder Most Unladylike
Serial: Murder Most Unladylike Mysteries #1
Penulis: Robin Stevens
Penerbit: RHCP Digital
Halaman: 288 (e-book)
Tahun Terbit: 2014
ISBN: 978-144-8193-15-8
★★★☆☆


1934, Sekolah Asrama Deepdean khusus Anak Perempuan. Hazel Wong dan Daisy Wells membentuk klub detektif rahasia yang mereka namakan Wells & Wong Detective Society, dimana anggotanya terdiri dari... yah, mereka berdua doang: Daisy sebagai ketua dan Hazel sebagai sekretaris.

Pada awalnya, kasus-kasus yang mereka selesaikan hanyalah kasus-kasus konyol, seperti misteri hilangnya dasi Lavinia, salah satu murid seasrama mereka. Namun, suatu sore, saat Hazel hendak mengambil pakaiannya yang ketinggalan di gedung olahraga, Hazel malah menemukan Miss Bell yang sudah tidak bernyawa, tergeletak tepat di bawah balkon, seolah-olah ia jatuh dari balkon atau karena ada seseorang yang mendorongnya. Panik karena menjadi satu-satunya yang melihat Miss Bell, Hazel pergi dari gedung dan memanggil Daisy dan yang lain. Namun, saat mereka kembali ke gedung olahraga, mayat Miss Bell sudah tidak ada, hanya meninggalkan sedikit bercak di sana.

Oke, jadi Miss Bell adalah salah satu kandidat terkuat untuk pemilihan kepala sekolah Deepdean yang nggak lama lagi akan diadakan, karena Miss Griffin (kepala sekolah yang sekarang) sendiri yang mengajukan Miss Bell. Esoknya setelah Hazel menyaksikan mayat Miss Bell, berita yang didengar bukanlah kematian Miss Bell, melainkan surat pengunduran diri yang katanya ditulis oleh Miss Bell sendiri. Hazel dan Daisy pun semakin yakin kalau Miss Bell memang dibunuh.

Siapa yang telah membunuh Miss Bell? Apakah dua kandidat kepala sekolah yang lain: Miss Tennyson atau Miss Lappet? Atau malah Mr. Reid dan Miss Hopkins yang merasa terancam akan Miss Bell yang mungkin membocorkan pertunangan mereka ke seluruh sekolah—karena kondisi sekolah yang melarang pernikahan sesama guru Deepdean? Mampukah dua murid 13 tahun ini mengungkap pembunuhan Miss Bell?

Were we really ready for our first murder case? — Hazel

Aku lagi pengin baca buku misteri, tapi lagi males baca yang berat-berat juga. Jadi, pas nemu buku ini rasanya seneng banget kayak ketemu jodoh. (?) Meskipun kasusnya nggak rumit-rumit amat, Murder Most Unladylike ini menurutku lumayan asyik untuk ukuran middle-grade mystery.

Diceritakan dari sudut pandang Hazel, jadi seperti membaca buku catatan kasus yang ditulis oleh Hazel sendiri. Di awal halaman ada gambar denah Deepdean, kemudian yang berikutnya nama-nama guru (suspect list lah ya) dan beberapa murid Deepdean, barulah kisah pun dimulai.

Penyelidikan yang dilakukan Hazel dan Daisy tentunya nggak mudah. Pertama, mereka masih anak-anak, bukan detektif legal yang punya fasilitas macam-macam untuk pemeriksaan sidik jari dll. Kedua, Miss Bell menghilang dan mereka belum bisa membuktikan kematian Miss Bell, yang cuman dianggap sebagai pengunduran diri oleh para guru dan murid-murid yang lain. Dan yang ketiga, Daisy dan Hazel sering berantem gara-gara beda pendapat. xD Menurutku ini wajar sih, mereka masih tergolong anak-anak yang emosinya labil. Terutama Daisy yang suka seenaknya, mau menang sendiri, dan terlalu buru-buru ngambil kesimpulan.

Meskipun penyelidikan mereka terkesan serampangan, untungnya Hazel berhati-hati dan rajin mencatat apa pun yang berhubungan dengan Miss Bell. Daisy yang meskipun ceroboh, untung saja pintar dan cepat mencari informasi dari murid lain, terkadang dari guru—karena dia populer juga. Jadi, pagi sampai sore mencari alibi para guru melalui murid-murid. Lalu malamnya ketika murid yang lain tidur, mereka berdua diam-diam menyusuri tempat kejadian dan sekitarnya untuk mencari petunjuk yang mungkin tertinggal.

Kalau untuk tebak-tebakan, nggak terlalu susah sih. Tapi memang di awal-awal rasanya nggak ada yang cocok jadi pembunuh Miss Bell. Yakin pembunuhnya siapa tuh pas tiga per empat buku, pas petunjuk besarnya muncul. Sebenernya nggak punya ekspektasi apa-apa pas baca buku ini, tapi pas klimaks aku dibikin deg-deg-an juga sih, dan alasan pembunuhannya cukup bikin aku menyumpahi si pembunuh—tega ih! Cukup untuk membuatku tertarik meneruskan membaca serial ini. ^^

Well.. yang lagi pengin baca detektif-detektifan tapi yang ringan-ringan aja dan asyik, silahkan dicoba baca. Hope you'll like it like I do! :)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...