Sunday, 31 December 2017

My 2017 Favorites, then kind of bookish goals 2018...

Harus kuakui kalau tahun ini adalah tahun terparah selama aku jadi blogger buku. Gimana nggak, coba? *lirik blog archive taon 2017* :''') Yap, dengan remah-remah harga diri yang masih tersisa, aku harus rela menunjukkan ke seluruh dunia (yaelah lebai) kalau tahun ini aku cuma bisa nulis 4 full book reviews, yang mana ikut challenge RRC hanyalah semangat di awal saja.....

Untungnya, semangat bacaku tahun ini lumayan jauh melebihi tahun kemarin! Hamdalah ada kemajuan, meski frekuensi nge-review malah tambah nyusruk hahahahah.

see my full year in book here.

Sebenernya tahun ini mau baca 50 buku, tapi pas last minute aku curang gitu kuganti jadi 45 buku. Nggak apa-apa kan ya, namanya juga tanganku lagi khilaf. Semoga tahun depan nggak khilaf lagi deh, aamiin. *senyum manis tanpa dosa* :) Menurut Goodreads, aku udah baca 48 buku tahun ini, tapi sebenernya itu pure 45, karena tiga buku sisanya termasuk curang. Tiga buku itu short story-nya Andy Weir, cuman sekitar 3 halaman; The Egg, The Chef, dan Annie's Day. So 2017 really was tahun penuh kecurangan.. *peace!* Tapi, meski frekuensi nge-blog makin parah dan belakangan ini selalu khilaf ngurangin jumlah buku di Goodreads' Challenge, aku bener-bener menikmati buku-buku yang kubaca tahun ini! I really had so much FUN!

Friday, 31 March 2017

[REVIEW] City of Bones

"Apa yang akan kau lakukan kalau melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain?" -Clary (hal. 39)

Judul: City of Bones
Serial: The Mortal Instruments #1
Penulis: Cassandra Clare
Penerjemah: Melody Violin
Penerbit: Ufuk Press
Tahun: 2011
Halaman: 664
ISBN: 978-602-8224-80-2
I rate it 3/5 stars

Sejak kejadian di Klub Pandemonium, Clarissa Fray (atau akrabnya dipanggil Clary) melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain. Jelas-jelas ia menyaksikan sendiri dua cowok dan satu cewek berusaha membunuh seseorang, tapi kejadian itu luput dari mata orang-orang, tak terkecuali temannya, Simon, yang bersamanya saat itu. Bahkan bekas terbunuhnya orang tadi benar-benar bersih, seakan tidak pernah terjadi apa-apa.

Hidup Clary yang tadinya biasa-biasa saja mendadak berubah setelah bertemu dengan tiga pembunuh yang ternyata Pemburu Bayangan itu: Jace, Alec, dan Isabelle. Bukan hanya karena ia mendadak bisa melihat makhluk-makhluk aneh saja, melainkan karena kemudian ibunya, Jocelyn Fray, menghilang dalam keadaan sekarat, dan hanya meninggalkan iblis berupa monster mengerikan yang telah menunggu untuk memakan Clary di rumahnya. Namun, tanpa sengaja, Clary berhasil membunuh iblis itu.

Jace, Pemburu Bayangan yang dari awal tertarik pada Clary—seorang Fana yang ternyata bisa melihat mereka, tahan terhadap efek rune, juga berhasil membunuh iblis sendirian—menyelamatkan Clary yang terluka dengan membawanya ke Institut, tempat tinggal mereka yang dipimpin Hodge. Dari sana, Clary mengetahui kalau dunia mereka terbagi menjadi beberapa dimensi. Dari sana juga Clary mengetahui bahwa para Pemburu Bayangan adalah Nephilim—setengah manusia dan setengah malaikat—yang bertugas membunuh para iblis. Dari sana pula Clary mengetahui kalau ternyata ibunya adalah salah satu dari mereka. Dan kemudian tahulah Clary penyebab ibunya diculik, Valentine, mantan Pemburu Bayangan yang ternyata adalah suami ibunya itu, yaitu karena Valentine berusaha mendapatkan Piala Mortal yang disembunyikan Jocelyn. Yah.. ceritanya si Valentine ini ingin membasmi Penghuni Dunia Bawah seperti vampir, werewolf, dll yang dianggapnya mengancam kehidupan manusia dengan memanfaatkan Piala Mortal.

Mampukah Clary dan para Pemburu Bayangan mendapatkan Piala Mortal sebelum Valentine? Dan mampukan Clary mendapatkan ingatan pentingnya akan Dunia Bayangan yang ternyata telah dihapus Jocelyn sejak Clary kecil?

Tuesday, 28 February 2017

[REVIEW] The Princess Saves Herself in This One

the princess
locked herself away
in the highest tower,
hoping a knight
in shining armor
would come to her
rescue. 
- i didn't realize i could be my own knight.

Judul: The Princess Saves Herself in This One
Serial: Women are Some Kind of Magic #1
Penulis: Amanda Lovelace
Penerbit: CreateSpace
Tahun: 2016
Halaman: 156
ISBN: 978-153-2913-68-6
I rate it 4/5 stars

Buku puisi yang tipis ini langsung menarik perhatianku hanya dengan sampul super simpel dan judul yang menurutku unik. Tapi, isinya nggak se-biasa itu. Aku suka buku ini. Meski bukan buku puisi paling keren, aku betah membaca buku ini berulang-ulang tanpa bosan.

The Princess Saves Herself in This One dibagi menjadi 4 stages: the princess, the damsel, the queen, you. Aku bilangnya stages, bukan part atau bab, karena isi dari buku ini memang 4 tahap warna-warni kehidupan, imo. Jadi, beginilah menurutku isi dari buku puisi ini..

sticks & stones
never broke
                            my bones,
but words
made me
starve myself
until
                            you could
                            see   all   of
                    them
- skin & bone.

the princess
Aku mikirnya 'the princess' ini kayak pengin selalu terlihat baik di mata orang lain. Sama lah seperti seorang putri yang memang harus terlihat sempurna. Untuk meninggalkan kesan yang baik, ia rela ngelakuin apa aja meski bikin diri sendiri susah. Tapi, meski sudah melakukan pengorbanan sedemikian rupa, 'the princess' nggak selalu bisa membuat seseorang terkesan. Do u need a savior, princess? Yes, you are. But please have in mind, you can rescue yourself if you can accept who you really are first. ;)

Stage satu ini menurutku cukup untuk menggambarkan masa abege yang suka banget sama pencitraan. Yah, aku juga pernah pencitraan sih. :p Selain itu, di stage ini juga bercerita tentang first love~

Friday, 27 January 2017

[REVIEW] Sophie Quire and the Last Storyguard

Sophie loved books beyond reason. Indeed, she loved them more than she loved the world around her. It was the very thing that made her unique, until it made her dangerous. But we are getting ahead of ourselves, which is also dangerous. So light a lamp and find a comfortable chair, and I will tell you her story.
(no spoiler from the first book)

Judul: Sophie Quire and the Last Storyguard
Serial: Peter Nimble #2
Penulis: Jonathan Auxier
Penerbit: Amulet Books
Tahun: 2016
Halaman: 464 (e-book ver.)
ISBN: 978-141-9717-47-5
I rate it 5/5 stars

Sophie Quire dalam masalah besar. Tak lama lagi, Inquisitor Prigg akan membakar seluruh buku fiksi yang ada di kota kecil Bustleburgh. Hampir seluruh buku sudah dikumpulkan di gerobak di lapangan tempat Pyre Day berlangsung nanti, siap untuk dibakar! Yang tersisa hanyalah beberapa buku fiksi pribadi yang nanti akan langsung dilempar ke dalam api oleh para penduduk dan buku milik Quire & Quire, toko buku sekaligus rumah bagi Sophie dan ayahnya.

Kenapa Inquisitor Prigg ngotot ingin membakar seluruh buku di kota itu? Yah.. katanya fiksi tidak baik untuk generasi muda, mengisi pikiran generasi muda dengan khayalan-khayalan yang tidak ada gunanya, dan intinya dia ingin kota itu menjadi kota yang modern dan bersih dari hal-hal tidak masuk akal lainnya. Oh, anyway, ini dia pengumuman Pyre Day..

NO NONSENSE! 
All citizens are compelled to attend the annual Pyre Day ceremony on the twenty-seventh of this month, storybooks in hand. 

Join your fellow Bustleburghers as we cast off the shackles of childish superstition and boldly march toward a modern, sensible tomorrow!

Jadi, setiap tahun, tepatnya saat musim gugur, ada saja Hal-hal Tidak Masuk Akal yang dibakar. Mulai dari benda-benda yang pernah dimiliki manusia kerdil, benda-benda yang bisa bicara, tanaman-tanaman ajaib, dan hal lain yang memiliki kategori magis, sampai akhirnya.. buku cerita.

Sunday, 22 January 2017

[REVIEW] Peter Nimble and His Fantastic Eyes

Mungkin dalam hidupmu sendiri kau sudah tahu bahwa kegiatan mendongeng sangat besar dampaknya. Kisah yang disampaikan dengan baik dapat membuat para pendengarnya terbang jauh dari hiruk-pikuk kehidupan mereka dan ketika kembali, mereka punya pandangan yang lebih baik tentang dunia ini. (hal. 245)

Judul: Peter Nimble and His Fantastic Eyes
Serial: Peter Nimble #1
Penulis: Jonathan Auxier
Penerjemah: Rosemary Kesauly
Penerbit: Gramedia
Tahun: 2014
Halaman: 432
ISBN: 978-602-03-0152-5
I rate it 4.5/5 stars

Peter Nimble tidak punya orangtua, paling tidak itulah yang diketahuinya. Saat ia masih bayi, ia ditemukan oleh pelaut sedang menangis dan terombang-ambing di dalam keranjang dengan gagak yang bertengger di atasnya. Sejak kecil pula, Peter Nimble buta. Menurut cerita, gagak yang bertengger di keranjangnya lah yang telah mematuk habis matanya.

Namun, Peter tidak punya kesulitan bertahan hidup. Ketidakmampuannya menjadi kelebihannya. Ia menjadi lebih peka daripada manusia kebanyakan, dan tangannya yang mungil juga lincah seringkali mengutil barang-barang kebutuhannya di pasar tanpa ketahuan. Bakat mencuri ini sayangnya diketahui oleh Mr. Seamus yang jahat. Ia membawa Peter kecil ke rumahnya dan mengajarinya semua trik mencuri. Peter pun menjadi pencuri terhebat di kota itu.. yah, paling tidak sampai ia berumur 10 tahun ketika ia bertemu dengan pedagang keliling misterius.

Dari pedagang keliling misterius itu, Peter mencuri sebuah kotak dengan banyak gembok. Seperti halnya pencuri, ia selalu dibuat penasaran dengan gembok, seberapa sering pun ia berusaha dan berhasil membuka satu gembok, Peter selalu penasaran dengan gembok yang lain. Seperti halnya kotak misterius dengan banyak gembok yang asing ini. Hari itu, alih-alih bekerja seperti yang diperintahkan Mr. Seamus, Peter hanya membawa kotak itu pulang ke rumah.

Seperti yang mungkin kalian duga, kotak itu berisi mata ajaib. Ralat, tiga pasang mata ajaib. Awalnya Peter tidak menyadarinya, tapi karena bantuan dari zebra misterius, Peter akhirnya tahu kotak itu berisi mata. Dengan hati-hati Peter memasang mata berwarna emas yang dipilihkan zebra itu untuknya, dan... dalam sekejap Peter menghilang dan muncul di sebuah kolam di dasar jurang.

Detik itu juga, kehidupan Peter yang sehari-harinya mencuri dari orang di kota pun berubah. Ia bertemu Sir Tode, ksatria bertubuh kucing dan berkaki kuda. Ia juga bertemu Profesor Cake dan pedagang keliling di tempat aneh itu. Dari sana, Profesor Cake memberi Peter dan Sir Tode tugas untuk menyelamatkan Kerajaan yang Lenyap berdasarkan surat botol yang ditemukan Profesor Cake bertahun-tahun lalu..

Ada banyak raja, tidak ada pangeran
Burung-burung gagak berkeliaran dan samudera menarik diri. 
Hanya orang asing yang akan membawa kelegaan, 
Namun kegelapan berkuasa, kecuali ia...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...