Friday, 31 March 2017

[REVIEW] City of Bones

"Apa yang akan kau lakukan kalau melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain?" -Clary (hal. 39)

Judul: City of Bones
Serial: The Mortal Instruments #1
Penulis: Cassandra Clare
Penerjemah: Melody Violin
Penerbit: Ufuk Press
Tahun: 2011
Halaman: 664
ISBN: 978-602-8224-80-2
I rate it 3/5 stars

Sejak kejadian di Klub Pandemonium, Clarissa Fray (atau akrabnya dipanggil Clary) melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain. Jelas-jelas ia menyaksikan sendiri dua cowok dan satu cewek berusaha membunuh seseorang, tapi kejadian itu luput dari mata orang-orang, tak terkecuali temannya, Simon, yang bersamanya saat itu. Bahkan bekas terbunuhnya orang tadi benar-benar bersih, seakan tidak pernah terjadi apa-apa.

Hidup Clary yang tadinya biasa-biasa saja mendadak berubah setelah bertemu dengan tiga pembunuh yang ternyata Pemburu Bayangan itu: Jace, Alec, dan Isabelle. Bukan hanya karena ia mendadak bisa melihat makhluk-makhluk aneh saja, melainkan karena kemudian ibunya, Jocelyn Fray, menghilang dalam keadaan sekarat, dan hanya meninggalkan iblis berupa monster mengerikan yang telah menunggu untuk memakan Clary di rumahnya. Namun, tanpa sengaja, Clary berhasil membunuh iblis itu.

Jace, Pemburu Bayangan yang dari awal tertarik pada Clary—seorang Fana yang ternyata bisa melihat mereka, tahan terhadap efek rune, juga berhasil membunuh iblis sendirian—menyelamatkan Clary yang terluka dengan membawanya ke Institut, tempat tinggal mereka yang dipimpin Hodge. Dari sana, Clary mengetahui kalau dunia mereka terbagi menjadi beberapa dimensi. Dari sana juga Clary mengetahui bahwa para Pemburu Bayangan adalah Nephilim—setengah manusia dan setengah malaikat—yang bertugas membunuh para iblis. Dari sana pula Clary mengetahui kalau ternyata ibunya adalah salah satu dari mereka. Dan kemudian tahulah Clary penyebab ibunya diculik, Valentine, mantan Pemburu Bayangan yang ternyata adalah suami ibunya itu, yaitu karena Valentine berusaha mendapatkan Piala Mortal yang disembunyikan Jocelyn. Yah.. ceritanya si Valentine ini ingin membasmi Penghuni Dunia Bawah seperti vampir, werewolf, dll yang dianggapnya mengancam kehidupan manusia dengan memanfaatkan Piala Mortal.

Mampukah Clary dan para Pemburu Bayangan mendapatkan Piala Mortal sebelum Valentine? Dan mampukan Clary mendapatkan ingatan pentingnya akan Dunia Bayangan yang ternyata telah dihapus Jocelyn sejak Clary kecil?

"Aku tidak peduli bahwa aku berbeda. Aku hanya ingin menjadi siapa diriku sebenarnya." -Clary (hal. 322)

Fiuuuh.. udah lama nggak baca buku tebel. Dan sekarang, setelah selese baca buku setebel itu sekian lama, aku ngos-ngosan. Nggak kebayang gimana ngos-ngosannya kalo mau nyelesein baca seluruh buku di serial ini... Well, at least buku ini nggak seberat LOTR yang sampe sekarang aku masih malas belum sanggup mau lanjut baca bukunya. *ditendang Tolkien*

Oke, dari segi cerita, aku lumayan suka. Aku suka sama makhluk-makhluk ajaib yang dicampur-campur disini. Di buku ini yang dominan cuman Nephilim, vampir, sama werewolf aja sih, tapi itu juga udah lumayan rame. Aku berharap di buku selanjutnya nanti lebih banyak makhluk yang aneh-aneh, karena lebih rame lebih bagus. xD (?)

Sejarah perkenalanku sama buku ini bisa dibilang lumayan buruk. (Bagi yang nggak mau tahu, skip aja paragraf ini karena nggak ada hubungannya sama review xD) Bukan karena tokoh-tokohnya, tapi karena aku dikasih spoiler sama temen kampus pas jaman filmnya tayang dulu (lupa tahun berapa). Temen yang Ngasih Spoiler ini lagi ngobrol gitu sama aku dan temen deketku tentang film baru. Nah, kebetulan temen deketku udah nonton Mortal Instruments, si Ngasih Spoiler itu juga udah nonton, ngobrol lah mereka. Kemudian... taraaaaa.. si Ngasih Spoiler dengan santainya bilang, "Aku beneran nggak nyangka kalau *****************". FYI, spoiler yang dia kasih itu merupakan twist yang membuat buku ini keren! Temen deketku langsung bilang kalau aku belum nonton (atau pun baca), sedangkan aku cuman bisa diem dengan tatapan tanpa ekspresi... pengen marah tapi nggak tahu mau bilang apa dulu, pengen ngejambak tapi lagi dikelas, ujung-ujungnya aku cuman diem dan duduk lemes, bener-bener senseless. Aku kira setelah menunda bertahun-tahun, aku bakalan lupa. Tapi tiap lihat buku ini, tiap kata yang diucap sama si Ngasih Spoiler itu benar-benar jelas. Sampai akhirnya aku pun baca buku ini karena kasihan dia udah teronggok lama di sudut sampai debuan parah. Serius buku ini kulap dulu berkali-kali.. duh, maafkan akuuu. x)

Meski begitu, aku mencoba untuk nggak terpengaruh sama spoiler itu pas ngasih bintang untuk buku ini. Bisa dibilang aku suka sama penulisan Cassandra Clare (anyway, apa cuman aku yang kadang ketuker nyebutin nama si penulis sama Clary?), page-turner banget! Walau aku nggak favoritin buku ini, aku kagum sama dunia yang dibangun sama si penulis. Sebuah serial yang punya dunia imajinasi sendiri yang kompleks itu patut dikasih jempol banyak-banyak!

Karakter Clary tipikal mc lah ya, pemberani, nggak nurut a.k.a pemberontak, trus punya sesuatu yang membuat dia spesial. Jadi aku belum terlalu terkesan sama si Clary ini, tapi aku beneran suka persahabatannya sama Simon: menurutku natural banget, beneran kayak persahabatan yang udah terjalin sejak kecil. Karakter Jace juga tipikal: langsung suka sama Clary, selalu nolongin Clary, dan cenderung melanggar peraturan Institut sejak kenal Clary. Isabelle, si cewek super cantik, menurutku cukup keren, dan dia juga temen yang lumayan asyik meski terkadang nyebelin. Sedangkan saudaranya Isabelle, yaitu Alec, tadinya memang terkesan galak, tapi kemudian aku malah geli sama Alec sejak aku tahu kepribadian nyeleneh yang dia rahasiakan. xD Karakter favorit? Untuk sementara ini Luke, sahabat ibunya Clary yang juga merupakan teman baik Clary selain Simon. (Ini bukan karena efek Goblin ya makanya aku suka sama yang lebih tua!) :p

Overall lumayan, yang bikin aku nggak suka sebenernya cuman karena spoiler yang dikasih temen kampus dan bingung kenapa nggak fokus ke Kota Tulang, padahal judulnya begitu. Bagi kalian yang beruntung karena nggak kena spoiler parah sepertiku, bersyukurlah karena twist dari buku ini bener-bener baguuus, dan twist itu lah salah satu alasan yang bikin buku ini keren. :') *nangis dipojokan karena nggak bisa nikmatin twist* T-T

"... Setengah perhatianmu lebih baik daripada seluruh perhatian orang lain." -Simon (hal. 418)

review ini untuk BBI RRC 2017
kategori Ten Point: Full Series
(The Mortal Instruments #1/6)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...