Minggu kemarin, kebetulan temanku baru membeli buku saat ada bazar buku murah di kampus. Tumben banget dia mau beli dan merelakan waktu untuk membaca novel. Sungguh suatu keajaiban. Agnes Davonar berhasil mengetuk pintu hatinya. #eh
Sebenarnya, aku tidak tega membaca novel yang dipinjamkan temanku itu. Hemm.. gimana ya? Lihat sendiri deh..
Niatnya pengen baca Surat Kecil Untuk Tuhan. Tapi, karena yang ketemu Ayah, Mengapa Aku Berbeda? terlebih dahulu, jadi nge-review-nya tentang ini aja dulu. Aku yakin, kalian semua sudah tidak asing dengan judul ini. Tapi, mungkin tidak semua dari kalian pernah membaca novel aslinya.
Tuhan, aku percaya bahwa tidak ada yang sia-sia dalam penciptaan-Mu di dunia ini. Berikanlah aku mu'jizat-Mu hari ini untuk membuat mereka tahu bahwa kuasa-Mu sungguh besar bagi orang-orang sepertiku. Kuasa-Mu tidak pernah memilih, siapapun dan bagaimanapun dirinya. Kau adalah kekuatanku! (page 224)
Angel adalah seorang gadis tunarungu. Ia dibesarkan oleh ayah dan neneknya. Ibu Angel telah meninggal tepat setelah ia melahirkan Angel. Saat Angel masih dalam kandungan, ibu Angel sering sakit. Itu disebabkan karena Angel memiliki rhesus positif yang menolak rhesus negatif milik ibunya. Angel sendiri lahir prematur, dan kemungkinan ia cacat sangat besar. Saat Angel lahir, ayah dan neneknya, bahkan sang dokter tidak mengetahui bahwa Angel adalah seorang gadis yang lahir cacat, tidak bisa mendengar. Sampai saat Angel berumur tiga tahun, ayah dan neneknya cemas karena Angel tak pernah menanggapi mereka saat namanya dipanggil, dan Angel belum pernah mengucapkan satu kata pun.
Dokter bilang, Angel tidak diberkahi nikmat pendengaran. Ayah dan neneknya sedih. Angel dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa, tempat dimana anak-anak dengan nasib malang sepertinya bersekolah. Disana, Angel belajar banyak hal dan dia adalah anak yang cerdas. Nilainya selalu tinggi. Untuk berkomunikasi dengan Angel, ayah dan Angel belajar bahasa isyarat tangan.
Untuk sementara, Angel hidup dengan bahagia. Dia mendapatkan teman yang banyak. Mereka semua bersikap baik pada Angel. Tapi sayang, suatu hari, saat Angel dan neneknya sedang menonton televisi, Angel merasa ada yang aneh pada neneknya. Angel pun panik dan meminta tolong pada tetangganya untuk menolong neneknya yang tertidur di sofa dan tidak kunjung bangun. Nenek Angel meninggal. Ayah Angel akhirnya memutuskan untuk pindah ke rumah lamanya di Jakarta. Angel juga terpaksa harus meninggalkan sekolah dan teman-teman lamanya.
Di sekolah barunya, Angel bertemu dengan Hendra. Seorang cowok gendut yang bersahabat dengan Angel sejak Angel masuk ke sekolah itu. Angel juga bertemu dengan Agnes. Cewek kaya yang selalu mengejek dan menyiksa Angel. Hidup Angel di sekolah barunya tidak seperti kehidupan lamanya di sekolah lamanya. Ia merasa sedih. Tapi, ia juga menemukan suara kehidupannya. Tanpa diduga dan sungguh sebuah keajaiban, Angel bisa memainkan piano meski ia tidak pernah belajar piano secara khusus sebelumnya.
Mampukah Angel bertahan dalam caci-maki dan penyiksaan yang dilakukan Agnes dan kawan-kawannya? Bagaimana dengan mimpinya akan piano yang menjadi suara kehidupannya? Baca sendiri. Silahkan beli di toko buku terdekat. Minjem juga boleh, seperti aku mhihihi. Mau nonton versi film juga boleh. Tapi, aku sarankan untuk membaca bukunya saja.
Tidak kalah tenar dengan karya sebelumnya, Agnes Davonar mampu membuat karya indah sekali lagi. Jujur saja, aku beberapa kali mengusap air mata karena kisah seorang Angel yang begitu menyentuh. Jika aku dihadapkan pada kesulitan seperti yang dihadapi Angel, mungkin aku tak akan pernah bertahan. Bagaimana aku bisa bertahan? Ditinggalkan sahabat sebentar saja aku sudah panik. Apalagi seperti dia.
Walau aku terlahir tidak sempurna dalam hidup ini, tapi kini aku percaya, bahwa Tuhan telah membuatku ada di dunia ini karena tujuan yang sempurna. Ia tidak melihatku sebagai gadis budek ataupun cacat dihadapan-Nya, tapi ia melihatku sebagai manusia yang ia kasihi dengan segala kemuliaan-Nya hingga aku ada di dunia ini bersama nafasku. (page 225)
Meskipun ada banyak kesalahan typo disini, aku tetap maklum. Yah, namanya juga karya manusia, nggak ada yang sempurna. Tapi, keseluruhan kisah ini patut diacungi jempol. 4 bintang untuk Ayah, Mengapa Aku Berbeda? :)
No comments:
Post a Comment