Dying from eating tea was such a horrible way to go—like being tricked by something that ought to be nice.
Judul: Arsenic for Tea
Serial: Murder Most Unladylike Mysteries #2
Penulis: Robin Stevens
Penerbit: RHCP Digital
Tahun Terbit: 2015
Halaman: 352 (e-book)
ISBN: 978-144-8193-16-5
★★★★★
Liburan paskah kali ini, Hazel Wong, Katherine 'Kitty' Freebody, dan Rebecca 'Beanie' Martineu berkunjung ke rumah Daisy Wells di Fallingford, sekalian mau merayakan ulang tahun Daisy—Lady Hastings (ibunya Daisy) bilang mereka akan mengadakan pesta minum teh!
Tamu-tamu di pesta minum teh nanti bukan hanya mereka bertiga saja. Beberapa kerabat keluarga Daisy juga diundang ke Fallingford: ada Bibi Saskia yang punya kebiasaan kleptomania; Paman Felix yang gerak-geriknya mencurigakan di mata Hazel; dan Stephen Bampton, teman kakak laki-laki Daisy (Bertie Wells) yang diam-diam disukai Hazel. Namun, seorang kenalan Lady Hastings yang tampan juga datang ke Fallingford, Mr. Curtis. Kedatangan Mr. Curtis disambut dingin oleh keluarga Daisy. Terutama oleh Paman Felix dan pengasuh baru Daisy, Miss Alston. Ayah Daisy, Lord Hastings, juga tidak menyukai Mr. Curtis karena jelas-jelas orang asing tampan itu dekat sekali dengan istrinya.
Hazel dan Daisy sendiri juga tidak menyukai Mr. Curtis. Selain karena mereka tidak sengaja melihat yang-seharusnya-tidak-dilihat antara Mr. Curtis dan Lady Hastings, Mr. Curtis diam-diam mengamati benda-benda berharga di rumah Fallingford, seakan-akan ia ingin mencurinya.
Pesta minum teh awalnya berlangsung dengan seharusnya, meski saat itu hujan deras dan hampir seluruh kerabat Daisy memerhatikan gerak-gerik Mr. Curtis—kecuali Bibi Saskia yang jelas-jelas hanya tertarik pada jam mahal Mr. Curtis dan berbagai kudapan dan teh di meja. Sampai beberapa saat setelah Mr. Curtis menghabiskan teh yang diberikan oleh Lord Hastings, Mr. Curtis tiba-tiba terbatuk tak wajar seolah-olah ada sesuatu mengerikan mengganjal di tenggorokannya. Pesta minum teh pun terhenti. Dan beberapa jam setelah itu, Mr. Curtis meninggal.
Jujur saja, aku lebih menikmati membaca buku kedua daripada buku pertama. Entah kenapa rasanya di buku kedua ini penulisannya lebih enak, dan penjabaran tokoh yang seabrek-abrek di sini juga lebih oke. And I really enjoyed 'my stay' at Fallingford House even if there was a dead body in one of its room. Hujan deras berhari-hari yang menyebabkan banjir sehingga nggak ada yang bisa pergi dari atau datang ke Fallingford. Mayat yang terpaksa ditaruh di salah satu ruangan Fallingford sampai banjir reda. Dan kenyataan kalau salah satu dari mereka yang tinggal/menginap di Fallingford adalah pembunuhnya. Ugh, so brace yourself Wells & Wong Detective Society! \(^o^)/
Kali ini anggota Detective Society juga bertambah menjadi empat anggota. Kitty dan Beanie yang curiga adanya klub detektif ini sejak Kasus Kematian Miss Bell memaksa Daisy dan Hazel agar mereka juga diikutsertakan. Sebenernya yang ngotot itu Kitty, sedangkan Beanie kepengin ikutan tapi dalam hati ketakutan setengah mati. xD
Format bukunya juga masih sama dengan sebelumnya. Diawali dengan denah Fallingford, kemudian para tokoh (keluarga Fallingford, tamu-tamu, pelayan, dan anjing), tapi kali ini ditambah dengan silsilah keluarga Fallingford. Penyelidikan mereka kali ini juga lebih sulit. Mereka harus pinter-pinter nyolong waktu karena Miss Alston terus-menerus mengawasi mereka, terutama setelah kematian Mr. Curtis.
Dibanding penyelidikan mereka sebelumnya, kelihatan banget kalau di sini mereka udah lebih rapi dan berhati-hati, nggak seperti sebelumnya. Daisy masih hobi ngambek dan suka perintah semau dia, tapi sekarang Daisy udah mulai dewasa dan nggak melulu mikirin egonya sendiri—ia bahkan menerima kalau orangtuanya dimasukkan ke daftar tersangka di buku kasus Hazel (meski awalnya sempet ngambek juga). Hazel masih sesabar dan seteliti kemarin, tapi kali ini Hazel agak kebawa perasaan karena crush-nya, Stephen, ikut masuk ke daftar tersangka. Aku agak kasihan sama Kitty dan Beanie karena sering banget jadi korbannya Daisy—keseringan jadi pengalih perhatian Miss Alston dan yang lain. xD Namun, meski penyelidikan mereka yang lebih rapi ini membuat mereka terlihat dewasa, di saat yang sama mereka juga masih merasakan takut khas anak-anak yang lebih memilih berada di tempat aman sambil berselimut dan menikmati kudapan di tengah-tengah suasana dingin begitu.
Untuk penyelesaian kasusnya, menurutku masih sama seperti sebelumnya. Aku masih merasa nggak ada yang cocok menjadi tersangka utama sampai buku menjelang selesai, saat petunjuk utamanya akhirnya ketemu. And it was kinda great! Aku bukannya kasihan sama korban malah kasihan sama tersangka utamanya, duh. Well.. Mr. Curtis somehow deserved it. :v
Would I continue reading the next book? Hell, yeah!!!
★★★★★
Liburan paskah kali ini, Hazel Wong, Katherine 'Kitty' Freebody, dan Rebecca 'Beanie' Martineu berkunjung ke rumah Daisy Wells di Fallingford, sekalian mau merayakan ulang tahun Daisy—Lady Hastings (ibunya Daisy) bilang mereka akan mengadakan pesta minum teh!
Tamu-tamu di pesta minum teh nanti bukan hanya mereka bertiga saja. Beberapa kerabat keluarga Daisy juga diundang ke Fallingford: ada Bibi Saskia yang punya kebiasaan kleptomania; Paman Felix yang gerak-geriknya mencurigakan di mata Hazel; dan Stephen Bampton, teman kakak laki-laki Daisy (Bertie Wells) yang diam-diam disukai Hazel. Namun, seorang kenalan Lady Hastings yang tampan juga datang ke Fallingford, Mr. Curtis. Kedatangan Mr. Curtis disambut dingin oleh keluarga Daisy. Terutama oleh Paman Felix dan pengasuh baru Daisy, Miss Alston. Ayah Daisy, Lord Hastings, juga tidak menyukai Mr. Curtis karena jelas-jelas orang asing tampan itu dekat sekali dengan istrinya.
Hazel dan Daisy sendiri juga tidak menyukai Mr. Curtis. Selain karena mereka tidak sengaja melihat yang-seharusnya-tidak-dilihat antara Mr. Curtis dan Lady Hastings, Mr. Curtis diam-diam mengamati benda-benda berharga di rumah Fallingford, seakan-akan ia ingin mencurinya.
Pesta minum teh awalnya berlangsung dengan seharusnya, meski saat itu hujan deras dan hampir seluruh kerabat Daisy memerhatikan gerak-gerik Mr. Curtis—kecuali Bibi Saskia yang jelas-jelas hanya tertarik pada jam mahal Mr. Curtis dan berbagai kudapan dan teh di meja. Sampai beberapa saat setelah Mr. Curtis menghabiskan teh yang diberikan oleh Lord Hastings, Mr. Curtis tiba-tiba terbatuk tak wajar seolah-olah ada sesuatu mengerikan mengganjal di tenggorokannya. Pesta minum teh pun terhenti. Dan beberapa jam setelah itu, Mr. Curtis meninggal.
"I'm right! I knew it, the moment Dr. Cooper said dysentery. I've read about this in a book. Hazel, this is serious. Mr. Curtis isn't just ill. He's been poisoned!" —Daisy
Jujur saja, aku lebih menikmati membaca buku kedua daripada buku pertama. Entah kenapa rasanya di buku kedua ini penulisannya lebih enak, dan penjabaran tokoh yang seabrek-abrek di sini juga lebih oke. And I really enjoyed 'my stay' at Fallingford House even if there was a dead body in one of its room. Hujan deras berhari-hari yang menyebabkan banjir sehingga nggak ada yang bisa pergi dari atau datang ke Fallingford. Mayat yang terpaksa ditaruh di salah satu ruangan Fallingford sampai banjir reda. Dan kenyataan kalau salah satu dari mereka yang tinggal/menginap di Fallingford adalah pembunuhnya. Ugh, so brace yourself Wells & Wong Detective Society! \(^o^)/
Kali ini anggota Detective Society juga bertambah menjadi empat anggota. Kitty dan Beanie yang curiga adanya klub detektif ini sejak Kasus Kematian Miss Bell memaksa Daisy dan Hazel agar mereka juga diikutsertakan. Sebenernya yang ngotot itu Kitty, sedangkan Beanie kepengin ikutan tapi dalam hati ketakutan setengah mati. xD
Format bukunya juga masih sama dengan sebelumnya. Diawali dengan denah Fallingford, kemudian para tokoh (keluarga Fallingford, tamu-tamu, pelayan, dan anjing), tapi kali ini ditambah dengan silsilah keluarga Fallingford. Penyelidikan mereka kali ini juga lebih sulit. Mereka harus pinter-pinter nyolong waktu karena Miss Alston terus-menerus mengawasi mereka, terutama setelah kematian Mr. Curtis.
Dibanding penyelidikan mereka sebelumnya, kelihatan banget kalau di sini mereka udah lebih rapi dan berhati-hati, nggak seperti sebelumnya. Daisy masih hobi ngambek dan suka perintah semau dia, tapi sekarang Daisy udah mulai dewasa dan nggak melulu mikirin egonya sendiri—ia bahkan menerima kalau orangtuanya dimasukkan ke daftar tersangka di buku kasus Hazel (meski awalnya sempet ngambek juga). Hazel masih sesabar dan seteliti kemarin, tapi kali ini Hazel agak kebawa perasaan karena crush-nya, Stephen, ikut masuk ke daftar tersangka. Aku agak kasihan sama Kitty dan Beanie karena sering banget jadi korbannya Daisy—keseringan jadi pengalih perhatian Miss Alston dan yang lain. xD Namun, meski penyelidikan mereka yang lebih rapi ini membuat mereka terlihat dewasa, di saat yang sama mereka juga masih merasakan takut khas anak-anak yang lebih memilih berada di tempat aman sambil berselimut dan menikmati kudapan di tengah-tengah suasana dingin begitu.
Untuk penyelesaian kasusnya, menurutku masih sama seperti sebelumnya. Aku masih merasa nggak ada yang cocok menjadi tersangka utama sampai buku menjelang selesai, saat petunjuk utamanya akhirnya ketemu. And it was kinda great! Aku bukannya kasihan sama korban malah kasihan sama tersangka utamanya, duh. Well.. Mr. Curtis somehow deserved it. :v
Would I continue reading the next book? Hell, yeah!!!
No comments:
Post a Comment